Mohon tunggu...
Bahrul Wijaksana
Bahrul Wijaksana Mohon Tunggu... Relawan - Profesional dalam bidang transformasi konflik, memiliki ketertarikan khusus pada isu-isu perdamaian, toleransi, pengambangan budaya damai.

Tinggal di Cirebon, saat ini adalah mahasiswa Magister Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta. Menekuni bidang pengembangan budaya perdamaian.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Trump Versus Twitter: Words Lives Matter

15 Januari 2021   11:01 Diperbarui: 18 Januari 2021   10:04 1601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(AP/PATRICK SEMANSKY via KOMPAS.COM)

Pendekatan tradisional psikologi biasanya memperkirakan bahwa orang akan mengatakan hal yang kurang lebih sama ketika diberikan sebuah stimulus yang sama karena pendapatnya akan berdasarkan pada sebuah skema dan struktur kognitif yang tetap. 

Sebaliknya, PD justru berargumen bahwa akan ada banyak variasi diskursus dari apa yang orang katakan karena orang yang sama bicara dalam retorika, situasi sosial-budaya, waktu, atau konteks interaksi yang berbeda.

Contoh sikap Trump pada proses pengesahan hasil pemilu Amerika adalah contoh yang paling telak tentang bagaimana seseorang dapat berubah pada konteks spesifik. Saat ia berorasi di depan Save America March, Trump menggunakan kata-kata eksplisit seperti; strong, strength, courage, fight, fighting bahkan kick and combat. 

Trump menyebut mereka yang ikut dalam aksi Save Amerika sebagai patriot, pemberani dan orang-orang spesial. Namun sekitar tiga jam setelah penyerangan Capitol Hill, Trump berpidato dalam tayangan video bahwa ia mengutuk penyerangan itu sebagai tindakan yang melawan hukum, mereka yang melakukannya harus bertanggung jawab. 

Untuk hasil pemilu, ia mengatakan bahwa fokus utamanya adalah memastikan transisi administrasi secara damai dan sesuai dengan aturan (peaceful and orderly transition). Kontras dengan sikap dia selama ini yang selalu menyangkal hasil pemilihan yang dianggapnya curang.

Inilah yang disebut Billig (2007) bahwa "sikap" seharusnya tidak dilihat sebagai sebuah skema internal yang ajeg melainkan sebuah kesadaran bahwa ia akan ditempatkan pada sebuah kedudukan yang penuh kontroversi/perbedaan. 

Ketika orang memberikan pendapat atau berkata tentang sikapnya, ia sebetulnya menempatkan dirinya dalam sebuah situasi bahwa dia tahu akan ada debat dan perbedaan pendapat. Itulah yang disebut sebagai makna retorik yaitu ketika satu pendapat mendapatkan maknanya yang lebih jelas dari opini balasannya (counter-opinion).

Seperti halnya analisis percakapan (conversation analysis), PD meletakan dasar analisisnya pada pemahaman masing-masing mereka yang melakukan interaksi retorik (teMolder dan Potter, 2005). 

Orang melakukan percakapan tentang sesuatu, berulang-ulang, bertahap dan mengembangkan nalar tertentu untuk membuatnya masuk akal. Individu menunjukkan ekspresi marah agar orang memungut sampah yang dibuangnya sembarangan atau seorang tersangka kejahatan mengaku lupa di persidangan karena keberatan menjawab pertanyaan hakim.

Dalam budaya Sunda, orang mengenal istilah nyungkun satu tindakan yang secara sengaja, demonstratif bahkan terkadang dilebih-lebihkan yang dilakukan justru sebagai ekspresi bahwa ia tidak ingin/menolak melakukannya. 

Misalnya, anak merengek minta uang Rp. 5000 untuk jajan. Orang tua menolaknya karena beberapa jam sebelumnya ia sudah membelikan jajanan dari warung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun