Mohon tunggu...
Mikchel Naibaho
Mikchel Naibaho Mohon Tunggu... Novelis - Pembaca. Penjelajah. Penulis

Pegawai Negeri yang Ingin Jadi Aktivis Sosial

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

"Smash" Mejuah-juah Anthony Ginting

26 Agustus 2018   21:47 Diperbarui: 26 Agustus 2018   22:08 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
megapolitan.kompas.com

Beberapa orang kesal mendengar komentator saat menyaksikan pertandingan bulu tangkis di Asian Games melalui layar televisi. Sebagian lagi senang. Itu lumrah. Tetapi ada yang menarik dari ucapan komentator saat Anthony Sinisuka Ginting bertanding melawan Chen Long : Smash Mejuah-juah.

Mejuah-juah adalah ucapan 'selamat datang' dalam bahasa Batak Karo, atau menurut penjelasan komentator, 'Horas' dalam bahasa Batak Toba. Menarik karena ucapan ini bisa memperkenalkan kekayaan bangsa kita. Selain itu, julukan untuk smash Anthony bisa melestarikan bahasa sukunya. Paling tidak, kelak ketika generasi masa depan enggan menggunakan bahasa daerah, saat mereka mengenang prestasi Anthony, mereka mengenang 'Smash Mejuah-juah.'

Sepertinya cara komentator ini perlu diteruskan, dan disematkan pada gaya khas masing-masing atlet. Dengan demikian, budaya atau apa yang khas dari suku juga dari daerah asal si atlet, bisa dikenal masyarakat luas. Selain itu, masyarakat yang mendengar bahasa mereka diucapkan di pertandingan yang bergengsi, pasti bangga. Kebanggaan itu bisa membakar semangat mereka untuk mendukung Anthony dari kejauhan. Mengirim minyak Karo, minyak yang terkenal khasiatnya itu, misalnya. Bayangkan bila minyak yang terbaik dan asli dikirim dari tanah Karo. Jika itu terjadi, dipastikan Anthony tak akan mengalami keram lagi.

Cara-cara seperti ini mungkin bisa juga dilakukan di bidang lainnya. Musik, misalnya. Para musisi, bisa dijuluki dengan kata yang khas dari suku atau daerah asalnya. Sudah saatnya masyarakat kita berkreasi semaksimal mungkin untuk melestarikan kekayaan budaya di daerah masing-masing. Saya yakin, bila kekayaan budaya itu dijaga, kelak akan mendatangkan kebaikan pada masyarakatnya. Salah satunya dari segi pariwisata.

Saya rasa kegiatan itu lebih baik dan harus lebih banyak dibicarakan di tengah-tengah masyarakat kita, dibanding membicarakan dinamika politik dengan politikus yang kebanyakan oportunis. Lagipula, sebanyak apapun presiden diganti atau partai apapun yang menang di 2019, nasib kita tak akan berubah jika kita tak berusaha mengubahnya.

Bicara politik 'kan berusaha untuk mengubahnya? Benar. Tetapi itu sangat sulit mengingat dunia politik di negeri kita penuh intrik yang memuakkan. Penuh cara yang tak bermartabat. Penuh dengan aktor yang egois.

Seperti tulisan saya sebelumnya, tampaknya Asian Games ini benar-benar bisa menjadi titik balik bangsa kita. Saya memimpikan negeri ini sibuk mencari lebih banyak lagi kekayaan dan nilai positif yang terkandung di rahim masyarakatnya. Dengan kekayaan itu, pemerintah membangun perekonomian yang kokoh. Terlalu utopis? Saya rasa tidak. Sebab segala hal yang megah, musik yang asyik didengar, buku yang menginspirasi dan teknologi tercanggih di dunia ini berawal dari mimpi.

Di akhir tulisan ini, saya terinpirasi untuk menulis tentang budaya sekitar dan nilai positif yang bisa kita petik. Mudah-mudahan kelak saya bisa mendapat julukan untuk tulisan saya. Julukan khas dari tanah kelahiran saya, Sidikalang. Pernah dengar Sidikalang? Ya, kota penghasil kopi dengan aroma yang tak terlupakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun