Mohon tunggu...
Mikchel Naibaho
Mikchel Naibaho Mohon Tunggu... Novelis - Pembaca. Penjelajah. Penulis

Pegawai Negeri yang Ingin Jadi Aktivis Sosial

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menyebarkan Semangat Kemerdekaan

14 Agustus 2018   20:40 Diperbarui: 14 Agustus 2018   20:57 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : flickr.com

Menjelang perayaan hari kemerdekaan republik ini, akan banyak tulisan bernada sinis dan pesimis, yang intinya kira-kira begini : Indonesia belum merdeka.

Saya tahu karena dulu pernah menjadi salah satu dari golongan ini. Saya tak menyesal atau menyalahkan mereka. Tulisan itu mungkin ekspresi kekecewaan yang menumpuk bertahun-tahun. Atau mungkin begitulah cara mereka merayakan hari kemerdekaan republik tercinta ini. Sah-sah saja. Definisi merdeka bagi setiap orang berbeda. Apalagi cara merayakannya.

Cara saya sekarang berbeda. Bosan dengan mengeluh, menyalahkan pemerintah, menagih janji politisi -- yang ujung-ujungnya membuat pusing kepala, saya memilih merayakan hari kemerdekaan dengan gembira dan menyebarkan semangat. Bagi saya, mengeluh dan saling menyalahkan hanya mendatangkan energi negatif -- energi buruk untuk perkembangan negeri kita.

Saya pernah berpikir, jangan-jangan jenis politisi oportunis adalah gambaran masyarakat kita kebanyakan. Pejabat-pejabat pusat dan daerah pun demikian. Maka tak ada gunanya mengeluh dan berharap seorang pemimpin hebat lahir di negeri ini, lalu segala masalah selesai. Apalagi kriteria 'seseorang' itu berbeda-beda bagi setiap orang. Dan pertanyaannya, sampai kapan kita menunggu?

Daripada menunggu dan membiarkan hari spesial ini lewat begitu saja, lebih baik melakukan 'yang terbaik' di lingkungan keluarga dan masyarakat. Rayakan kemerdekaan dengan gembira saat mengikuti perlombaan di lingkungan sekitar. Karena terus-menerus mengharapkan yang terbaik dari pemerintah, hanya buang-buang waktu 'yang berharga'. Lebih baik mulai melakukan sesuatu hal yang kecil terlebih dahulu. Siapa tahu, dengan memaksimalkan apa yang dapat kita lakukan di lingkungan masing-masing, bisa menginspirasi pemerintah untuk bekerja lebih baik.

Harga kebutuhan pokok mahal, rupiah loyo, intoleransi, korupsi merajalela, apakah kita lupakan semuanya? Tidak! Yang saya tekankan dalam tulisan ini, merayakan kemerdekaan dengan gembira sesuai bidang masing-masing atau sesuai kebiasaan daerahnya. Ini hanya sebuah ajakan. Sebab tidak mudah memang merayakan kemerdekaan dalam kondisi serba terjepit. Semangat kemerdekaan adalah semangat perlawanan terhadap kesewenang-wenangan. Mungkin dengan merayakan kemerdekaan dengan gembira, semangat itu bisa menggelora dan membuat hidup kita menjadi lebih baik.

Mungkin kita bisa berkontemplasi dari puisi kuno ini : untuk mengubah dunia, terlebih dahulu mengubah diri sendiri. Untuk merayakan kemerdekaan negeri ini, terlebih dahulu rayakan kemerdekaan diri sendiri.

Ketimpangan sosial dan intoleransi yang menjadi alasan kita mengatakan negeri ini belum merdeka, coba kita tanyakan pada diri sendiri : apakah kita sudah tak serakah dalam kehidupan sosial dan toleran?

Merdeka!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun