Mohon tunggu...
Mikchel Naibaho
Mikchel Naibaho Mohon Tunggu... Novelis - Pembaca. Penjelajah. Penulis

Pegawai Negeri yang Ingin Jadi Aktivis Sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjaring Seniman Damai

3 Agustus 2018   22:26 Diperbarui: 3 Agustus 2018   22:31 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : flickr.com

"Mimpi yang Anda mimpikan sendiri akan tetap menjadi mimpi. Mimpi yang dimimpikan bersama akan menjadi kenyataan."

Tahun lalu, ketika mengikuti sebuah acara di kantor PBNU, saya menitikkan air mata saat mendengar mars organisasi Islam terbesar itu. Padahal, saya adalah seorang Katolik. Dan saya yakin, air mata itu berderai karena getaran mistis yang kita rasakan sebagai saudara setanah air -- getaran yang sama sewaktu kita menyaksikan timnas u-19 juara setelah mengalah vietnam sekitar lima tahun yang lalu.

Sejak saat itu, sejak merasakan getaran hati yang menyatukan kita sebagai sebuah bangsa yang besar, saya yakin negeri ini akan tetap berdiri tegak meski sedang dilanda badai ujaran kebencian dan hoax. Keyakinan itu tak berlebihan, dan kita sangat mungkin mencapainya bila bersama.

Tentu membutuhkan perjuangan berat untuk bisa menghentikan ujaran kebencian dan hoax dari bumi pertiwi. Dibutuhkan banyak relawan yang selalu berjuang meski tak mendapat imbalan. Dan negeri ini memiliki relawan itu. Pengalaman saya aktif di berbagai komunitas sosial, membuat saya mengenal banyak anak muda yang peduli pada kebhinekaan.

Ada berapa banyak orang yang mengkampanyekan kebhinekaan dan toleransi di negara ini? Saya yakin, ribuan! Dan bila ada yang meragukan jumlah itu karena tindak intoleransi masih terjadi, jawabannya adalah karena aksinya tak terkoordinir dan tak tepat sasaran. Itu sebabnya, seandainya saya menjadi Menteri Agama, saya akan memanfaatkan sumber daya emas ini untuk memerangi hoax dan menyelamatkan generasi masa depan kita. Pemanfaatan sumber daya itu salah satunya dengan cara membangun jejaring.

Di zaman teknologi canggih ini, membangun jejaring bukanlah hal yang sulit. Internet menjangkau hampir seluruh wilayah negeri kita dan berbagai media sosial telah tersedia. Saya juga akan mengajak seluruh pegawai kementrian agama untuk merangkul semua orang yang tergerak membangun budaya yang baik. Budaya yang jauh dari ujaran kebencian. Siapapun itu. Baik tua maupun muda. Entah apapun profesinya. Yang penting satu tujuan : memusnahkan ujaran kebencian dan hoax dari bumi pertiwi.

Dengan sumber daya yang saya miliki, jejaring akan cepat terbangun dari Sabang sampai Merauke. Tak butuh waktu yang lama. Sebab, jejaring ini tak membutuhkan kantor resmi. Tak perlu struktur organisasi. Yang dibutuhkan hanyalah 'jembatan' agar bisa terhubung. Dan saya akan membangun jembatan itu. Merekrut relawannya pun tak akan sulit. Di berbagai media sosial dan blog pribadi, sangat banyak yang tertarik untuk bergerak memerangi hoax dan ujaran kebencian. 

Untuk apa jejaring? Melakukan kebaikan bukanlah hal mudah. Niat baik, tak selalu disambut orang sekitar dengan baik. Bahkan terkadang, lebih banyak yang mencemooh dibanding yang rela bergandeng tangan. Jejaring, yang memungkinkan para relawan berkomunikasi lebih intens, akan memberi wadah untuk saling memotivasi dan menginspirasi. Bila memungkinkan, dalam waktu rutin, akan diadakan pertemuan antar relawan yang ada di dalam satu kota.

Relawan-relawan ini kelak akan dikenal dengan sebutan : Seniman Damai. Layaknya seorang seniman, para relawan ini akan bekerja dengan elegan dan tak pernah kehabisan ide dalam menghadapi ujaran kebencian dan hoax. Setelah bekerja dengan sepenuh hati, 'karya' para Seniman Damai ini akan dipamerkan untuk menginspirasi masyarakat sekitar.

Saya yakin, ketika ide ini disebarluaskan di berbagai media sosial ataupun kantor kementrian (Unit Pelaksana Teknis) dengan segera akan terbentuk grup-grup Whatsapp. Di jejaring terinpirasi dan termotivasi, di lingkungan sekitar menginspirasi dan memotivasi untuk membangun masyarakat yang beradab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun