Mohon tunggu...
Bahitsa Al Badiyah
Bahitsa Al Badiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Selamat Membaca dan Semoga bermanfaat!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sejarah di Balik Citra Rasa Pecel Lele Lamongan

14 April 2021   07:47 Diperbarui: 14 April 2021   07:53 1738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Pecel Lele - Sumber: infia.com

Pemandangan tenda yang khas dengan spanduk bergambarkan ayam, lele, dan macam-macam ikan lainnya sudah bukan menjadi suatu hal yang asing. Pecel lele merupakan sebuah makanan pedagang kaki lima yang tergolong murah. Sehingga banyak digemari oleh masyarakat Indonesia khususnya di pulau jawa.

Makanan tradisonal ini mudah di temui di berbagi daerah khusunya di Jawa. Pecel lele umumnya di jual bebarengan bersama soto lamongan, karena dua makanan ini bersal dari daerah yang sama sehingga memiliki hubungan yang erat. Yaitu berasal dari Kota Lamongan Provinsi Jawa Timur. Namun saat ini sudah tersebar luas hampir di seluruh Indonesia

Apakah kalian pernah berfikir mengapa lele, sambal, dan lalapan dapat namakan pecel lele?

Padahal jika kita ketahui bahwasannya pecel yang merupakan makanan khas Jawa Timur ini identik dengan sayuran yang siram menggunakan sambal kacang. Ternyata pada awalnya pecel lele disebut dengan pecak lele. Pecak yang merupakan cara dalam menyajikan makanan yaitu lauk yang di penyet lalu diberi sambel.

Penjual pecel lele tidak hanya menyediakan lauk ikan lele saja, melaikan bermacam-macam seperi ayam, terong, tahu, tempe dan lainnya. Dilansir dari grid.id, semenjak pecek lele merabah ke Jakarta, nama ini berubah menjadi pecel bukan lagi pecek di karenakan mirip seperti nama makanan khas Betawi yang bernama pecak. Hanya saja pecak meggunakan lauk ikan tawar, termasuk lele namun cara penyajiannya saja yang berbeda.

Adapun penyajian pecak yaitu, ikan goring atau bakar yang disiram dengan kuah santan dengan bumbu campuran capai dan kemiri. Sehingga dari situlah para pedagang pecek lele berinisiatif untuk mengganti nama mencaji "pecel lele" agar tidak terjadi salah persepsi. Adapun di beberapa daerah pecel lele juga memiliki nama yang berbeda.

Masyarakat kota Malang menyebutnya lalapan lele, Jember menyebutnya pecek lele, sedangkan di Jawa Barat umumnya menyebut pecel lele. Biasanya makanan ini disajikan dengan sambal yang khas dengan aroma terasi dan tomat, juga dilengkapi oleh sayuran lalapan seperti kacang panjang, kubis, mentimun dan kemangi juga terdapat tahu serta tempe.

Apabila berbicara tentang filosofi atau asal usul pecel lele, maka kita juga akan mebaha sepenggal cerita mintos ikan lele yang beredar di tengah masyarakat Lamongan. Dibalik kelezatannya, konon pada zaman dahulu masyarakat asli Lamongan banyak yang enggan mengosumsi ikan lele. Mengapa demikian?

Dari beberapa sumber yang saya dapatkan, konon ceritanya makanan ini dimulai ketika masa Sunan Giri. Singkat cerita pada saat sunan giri datang ke Lamongan untuk menyebarkan agama Islam di daerah pesisir. Sesampainya beliau memutuskan untuk mampir ke Rumah mbok Rondodi, untuk menympain sopan santun beliau menlepas dan menyimpan senjata yang dibawa.

Saat perjalanan pulang tak disangka satu senjata serta pusakannya tertinggal, kemudian Sunan Giri mengutus seorang bayati untuk mengambil pusaka dan senjata yang tertinggal. Namun pada saat perjalanan pulang, ada salah seorang murid Sunan Giri yang menginginkan pusaka tersebut, kemudian berencana merebut pusaka tersebut.

Mengetahui bahwasannya dia sedang dalam bahaya, hingga akhirnya bayati memutuskan untuk terjun menceburkan diri ke dalam sungai yang di penuhi ikan lele, untuk menyelamatkan diri dari kepungan Joko Luwuk. Ide tersebut berhasil mengelabuhi para Joko Luwuk. Ia mengira bawasannya bayati sudah mati tewas di mangsa oleh banyaknya ikan lele di sungai. Tapi nyatanya ia masih hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun