Mohon tunggu...
Bagus Wicaksono
Bagus Wicaksono Mohon Tunggu... lainnya -

Warganegara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasus Angeline dan Kegagalan Kita Membaca Symptom

14 Juni 2015   16:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Duka mendalam untuk perlindungan anak Indonesia! Tak hanya itu 'Ini memalukan.. Memalukan Indonesia. Memalukan Pancasila...' Tokoh sekaliber Buya Syafii menegaskan hal ini, menanggapi kasus pilu, Angeline.

Harus diakui, sekali lagi Indonesia kecolongan. Salah satu aset negara, Angeline, telah direnggut masa depanya. Terlebih, kasus ini terjadi tepat di pelupuk mata kita, negara, masyarakat dan keluarga. Betapa menyedihkan!

Mengapa tepat di pelupuk mata kita? mari refleksi bersama. Menemukan kegagalan cara berfikir kita dan belajar dari fakta tersebut.

Menemukan kegagalan berfikir kita

Angeline hidup di dalam sebuah keluarga. Dalam hal ini, keluarga hidup di Jl. Sedap Malam, Denpasar. Secara geografi, daerah ini bukanlah wilayah yang susah untuk diakses keberadaanya. Ini wilayah padat penduduk. Ada 15.270 penduduk di Kelurahan Kesiman, Kec. Denpasar Timur itu. Luas wilayahnya 2.66 KM/segi. Artinya, wilayah tersebut memiliki kepadatan penduduk 5.740 KM/segi (BPS Kota Denpasar, 2012).

Beberapa media juga memberitakan bahawa ada beberapa tetangga yang juga mengetahui keberadaan keluarga angkat Angeline. Meski, keluarga tersebut tinggal di daerah tersebut sekitar 4 tahun, namun, pengakuan warga setempat menyatakan bahwa orangtua angkat Angeline jarang berinteraksi dengan masyarakat. Di sisi lain, mereka juga mengetahui bahwa Angeline ini sering berpenampilan yang tidak layak, misalnya saja rambutnya tidak terurus, bau kotoran ayam dan harus kesekolah sendirian meski jaraknya sekitar 2 KM.

“Sedih banget. Gimana nggak shock, saya sering ngepangin rambutnya. Saya sempat nangis pas lihat di televisi tadi,.....Saya tuh suka jemput dan antar dia karena satu kelas sama anak saya dan setiap anter dia emang selalu bau tahi ayam, kalau ditanya dia diam saja nggak pernah jawab," (Detik.com, 10/06/2015).

Tak hanya itu, di dalam keluarga yang ditinggali Angeline, salah seorang yang kost di rumah tersebut terbiasa melihat keganjilan pengasuhan oleh orangtua Angeline. Susiani (49), dia kerap mendengar teriakan ibu angkat Angeline. Umumnya, kejadian seperti itu selalu diakhir dengan tangisan Angeline. Tak berselang lama, Angeline keluar rumah. (Metrobali.com)

Di sekolah pun begitu-- para guru SDN Sanur 12, belakangan memberitahukan bahwa Angeline sering berperilaku dan berpenampilan anak yang tak terurus. Peryataan itu, selain dimuat oleh beberapa media juga dinyatakan ulang oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise, sewaktu kenjungan dan diskusi dengan para guru di SDN, tempat Angeline sekolah.

"Tadi saya ke sekolah, di sekolah ternyata dia ini dibilangnya bau dan kumal begitu. Seperti tidak ada yang ngurus,...Dia pernah dikeramasi di dalam sekolah, karena ya rambutnya kusam itu,...Kepala sekolahnya bilang kalau anak ini psikologisnya tertekan. Dia terlihat tidak sebebas teman-temannya. Ada tekanan batin," (Yohana Yembise, detik.com; 06/06/2015).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun