Mohon tunggu...
BagusWic
BagusWic Mohon Tunggu... Menyalin pikiran ke dalam kata-kata. -

Menyusun larik-larik kata untuk membuat jalan baru. Yang mungkin asing dilalui saat tersedia arus kuat dan nyaman jika mengalir di dalamnya. Tapi jalur kecil ini akan selalu terbuka. Kapanpun. Saat engkau membutuhkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

KPK Tak Sekuat Tiang Listrik, Hadapilah!

20 November 2017   09:59 Diperbarui: 20 November 2017   10:06 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Badai pasti berlalu. Kira-kira seperti judul lagunya Chrisye itu. Aku sedikit lupa-lupa. Itu lagu kesukaanmu kan?... eh, benar enggak sih.. aih susah sekali mengingatnya. Hehe.. yang jelas, itu mengingatkan semasa di Surabaya tempo dulu. Kau itu selalu berdandan necis. Baju masuk. Kemeja selalu kau lipat setengah lengan. Kancing atas baju kau jebol. Dadamu yang aduhai kau umbar bagi kaum hawa. Sehelai emas mengalung. Menghiasi idah riasanmu. Ditengahnya kau sematkan liontin  yang sungguh sempurna bentuknya. Rambut bak nyuir melambai-mengelus pundakmu yang halus. Celana tipis mu membentuk garis, menyetuh boot kulit yang selalu mengkilat itu. Meski semua murah harganya, tapi terlihat mewah padamu. Tak heran jika gelar Pria Tampan Surabaya tahun 1975 melekat erat padamu. 

Dan seingatku, lagu selalu itu kau nyanyikan... Emm..Eh sebentar, Badai Pasti Berlalunya Chrisye itukan baru tahun 1977.. tuh kan aku lupa. Tapi poin ku begini: Seingatku, waktu itu kau lagi sedih setengah mati. Gegara terlalu percaya diri. Nembak Lastri (anaknya Cak Wan, penjual bakwan dan rujak cingur sebelah kos-kosan) dan dicueki. Terus hampir seminggu tampaknya kau puasa. Berlaga sakti mandraguna. Dan saban hari, pagi-sore-malam-siang, lagu itu saja yang kau nyanyikan. Berharap hatinya tergerak. Namun, Lastri tetaplah Lastri, sekeren-kerennya kamu bukanlah tipenya. 

Pun yang ku heran, mentalmu sekuat baja. Gagal si Lastri, tumbuhlah Melati, Parti, Sukemi dll itu. 

Kau itu memang ditakdirkan kuat. Sekuat karang di lautan. Itulah pesan yang ingin kukatakan kawanku. 

Aku heran, kenapa kau bisa sehebat itu? Apa gegara madu waktu itu ya? hehe... iya jadi ingat lagi. Kau sempat keracunan madu. Bukan karena apa, hanya overdosis. Dari seliter madu yang akan kau pasarkan, yah.. barang segelas dua gelas lah masuk perutmu. Maklum, kantongmu yang tipis itu tak mampu menebus sate maupun rujak di Surabaya yang cadas kala itu. Ya, madu itulah yang kau sikat. 

Terus kau juga pernah menang banyak dari jualan beras bukan? hehe. Modalmu hanya tampang. Wajahmu yang polos itu memang susah bagi orang lain untuk tidak mengiyakan. Kau pinjam beras dari toko Cak Warno. Lalu kau jualkan. Beras habis. Untung dua kali lipat kau sikat. 

Ahh, itu sih tak seberapa. Kau sempat bermewah-mewah gegara jadi blantik mobil. Gile bro, gak hanya di Surabaya, Indonesia Timur pun kau libas. Wah kala itu kau memang jadi raja. Muda-mudai di setiap tikungan pasti mengenalmu. Setiap hari kursi mobilmu selalu terisi bidadari. Saban hari pasti berganti. Gile... gile. Waktu itu sih aku hanya bisa geleng-geleng saja. Setelah itu ku dengar kau bangkrut ya? Sorry pertanyaanku agak to the point. Abisnya aku lost contact sih sama kamu. Dan baru tahu lagi setelah kamu di Jakarta. Aku dapet kabar dari Reni. Adik angkatan kita, jurusan Akuntansi juga. Katanya sekarang kamu lebih mocer di Jakarta. 

Dia juga bilang sih kalau kau rada-rada susah awalnya. Ambil kuliah lagi. Kantongmu kempis. Banting tulang jadinya. Namun itu tidak terlalu lama, katanya. Usaha foto copy mu lumayan lancar. Soalnya deket kampus. Yah, lumayan bisa ngisi perut sambil traktir cewek malem mingguan lah, kata Reni begitu. 

Tak lama berselang, badai benar-benar berlalu. Kau bertemu dengan orang besar. Juragan. Masih jadi ring 1 nya Pak Presiden, kata Reni begitu. Dalam waktu kilat, kau sudah mengelola SPBU. Usahamu kian mengkilat. Al hasil, kau bisa masuk lingkaran elit Jakarta. Aku sangat bahagia dapat kabar kau menikah dengan anak Brigjen Polisi itu. Kau memang orang hebat. 

Tak lama berselang, kagetku bukan kepalang. Aku tau sendiri kau melenggang ke gedung kura-kura Senayan. Tokoh-tokoh partai itu perlahan kau singkirkan. Pelan, lambat tapi dapat banyak. Itu lah moto mu sejak dulu. Oh iya, kau juga sempat berfoto dengan Presiden Amerika.... woow. Kau memang luar biasa.  

Tapi... aku turut prihatin untuk musibah yang menimpamu sekarang. Gegara salah masukin kantong, kau jadi incaran KPK. Aku yakin kau memang tidak sadar waktu itu. Waktu minta diskon ke pengusaha kartu elektronik itu. Kenapa aku yakin begitu? Dari pertama mengenalmu, di mana-mana kamu selalu minta diskon. Inget gak waktu beli petis di sebelah rumah? kau pun waktu itu juga minta diskon. Al hasil, petisnya dikasih gratis, karena merasa iba melihat tampangmu yang memelas. Juga waktu kau belanja ote-ote. Kau beli satu, tapi minta diskon cabe sengah kilo. Hehe... iya.. diskon dan kamu adalah satu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun