Mohon tunggu...
Bagus Saputra
Bagus Saputra Mohon Tunggu... Teknisi - penulis amatir

- menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pergilah, Terima Kasih

23 Desember 2020   10:00 Diperbarui: 23 Desember 2020   10:01 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bagian terburuk dari sebuah pertemuan adalah kita tidak pernah mengerti bagaimana akhirnya, ada yang berakhir bahagia dan ada pula yang sebaliknya. Kesepakatan menjadi bagian penting  dari keputusan yang tidak ada ujungnya. Bolehkah aku bertanya tentang kamu ? Semenit saja tolong ceritakan apa yang membuat mu ragu? Mengapa masih tertahan ? Mengapa tidak pergi saja setelah aku katakan aku yang sebenarnya ? Lalu sampai kapan kamu masih sungkan untuk mengatakan kamu harus pergi? Kamu takut menyakitiku ? Kamu takut membuat ku marah ? 

Semula, aku hanya merasakan kebahagiaan yang sudah lama hilang dari masalalu. Kamu yang datang dengan berbagai cerita dan membuat semuanya terasa berbeda. Aku merasa seperti menjadi diriku sendiri yang mencintaimu dengan caraku, tetapi sepertinya aku egois. Aku hanya membuatmu merasa jatuh cinta dengan caraku, bukan caramu atau cara "kita". Aku merasa bersalah selalu memaksakan kamu untuk mengikutiku tanpa bertanya, "kamu mau seperti ini?".

"Klasik", itulah yang selalu aku sajikan setiap harinya. Mengingatkan ibadah, mengingatkan makan, mengingatkan untuk jaga kesehatan , jaga keselamatan, mengucapkan selamat pagi, mengucapkan selamat malam, dan mendoakan untuk bahagia dalam keadaan apapun. Selalu seperti itu dan selalu terulang setiap hari. Aku tau kamu bosan, kamu ingin aku selalu didekatmu, memelukmu erat dan memanjakanmu. Tapi maaf, aku tidak pernah bisa melakukan hal itu. Aku selalu berpikir bagaimana cara menghormati kamu. 

Hari itu, aku memutuskan untuk bercerita tentang siapa aku, keadaan aku, apa yang menjadi bebanku. Ekspresi dia seakan kecewa, karena aku tidak mampu mewujudkan mimpinya dan rencananya. Tapi bagaimana lagi, aku bingung. Aku mencintainya tapi aku tidak bisa mewujudkannya. 

Perubahan sikap darinya sudah aku rasakan ketika dia mulai banyak diam dan sedikit bercerita, komunikasi menjadi bukti jika memang keadaan itu aku salah, tapi dia adalah orang yang pintar menyembunyikan emosi. Dan aku tidak pernah berubah sedikitpun meskipun dia seperti itu, pernah sekali aku melihat notifikasi pesan di ponselnya dari seseorang yang membuat aku semakin yakin, jika dia ingin berkomunikasi dengan yang lain.

Keadaan semakin rumit dan ditambah kesibukan kerja yang dia jalani, komunikasi semakin jarang dan sedikit. Aku selalu menunggu, mengucapkan selamat pagi ketika dia bangun, dan mengucapkan selamat malam ketika dia sudah lelah dari lepas bekerja. Tidak ada kesempatan bercerita panjang, semuanya sudah berubah. 

Malam itu, aku memastikan dan memutuskan untuk bercerita panjang dengan hubungan ini. Aku menceritakan bahwa dalam waktu dekat mungkin aku belum bisa mewujudkan apa yang dia rencanakan, aku tau dia ingin kejelasan dariku. Dan akhirnya hubungan ini harus berakhir, aku memberikan kesempatan kepadanya untuk pergi dan berkomunikasi dengan yang lain agar rencananya segera terwujud. Dan dia juga memberikan kesempatan bagiku untuk melakukan hal yang sama.

"Kesepakatan adalah keputusan antara aku dan kamu yang tidak menemukan jawaban, terkadang mimpi adalah cara kita untuk tetap bangun dan sadar bahwa hidup harus tetap berlanjut. Kesedihan mungkin akan berlarut sehari, dua hari dan tetap membekas, tapi kebahagiaan adalah milik kita yang harus diperjuangkan. Kamu layak mendapatkan kebahagiaan yang kamu inginkan". Terimakasih, pergilah .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun