Mohon tunggu...
Bagus Permadi
Bagus Permadi Mohon Tunggu... Pedagang -

pedagang, pembelajar yang suka travelling dan mendongeng untuk ketiga bidadari cantikku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ahok dan Bitcoin

15 November 2017   11:49 Diperbarui: 15 November 2017   12:00 1407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
credit: http://www.artispsk.com

Bagi yang mencintainya maka tak ada alasan untuk tidak membelanya dan bahkan sangat tabu bila sekedar diam atau bersikap netral, namun bagi yang tidak mendukungnya tak bisa dipungkiri memiliki alasan yang begitu kuat dan sangat fundamental. Tutur katanya yang tegas mungkin untuk sebagian orang bisa terasa menyakitkan. Apapun itu, ketegasannya, sikap tidak pandang bulu dalam mengatur kota Jakarta tetap tampak bahkan bagi saya yang tinggal di Surabaya, jauh dari keruwetan Jakarta sebagai kota terbesar di Indonesia.

Memperdebatkan lebih dan kurangnya sangat terasa di berbagai grup whatsapp yang saya ikuti, bahkan dalam keluarga besarpun sangat terasa kental aura pro dan kontra nya. Ya aura, karena memang tidak secara frontal mempertentangkan, yang pro begitu persuasif untuk menceritakan berbagai kelebihan-kelebihannya, sementara yang kontra bisa jadi lebih memilih menahan (berdebat) sambil sedikit tersenyum kecut, karena senyum yang tidak sesuai dengan suasana hatinya. Karena senyum (walaupun kecut) bisa jadi lebih utama daripada kemudian debat serius yang takkan ada ujungnya. Sayang bagi sebagian orang yang terlalu mengedepankan emosi (baik pro maupun kontra) justru suasana kontra produktif yang didapat. Pertemanan menjadi renggang dan persaudaraan jadi terasa hambar.

Tak apalah, wajar, karena bela membela itu mengikuti kata hati. Jangan jadi orang munafik! yang beda omongan atau perbuatan dengan kata hati, apalagi yang oportunis yang pro atau kontranya sekedar mengikuti profit, yang terpenting sikapi perbedaan dengan kedewasaan. Sebab NKRI itu harga mati, karena teladan kita adalah para pejuang seperti Jendral Sudirman, Haji Agus Salim dan masih banyak lagi, beliau semua rela habis harta dan hilang nyawa untuk bangsa ini.

Bitcoin, setelah gegap gempita pembahasan di grup whatsapp tentang Ahok berlalu. Inilah sekarang yang jadi topik utamanya. Buat yang belum paham apa itu Bitcoin dan kegunaannya apa, saya akan coba bahas di artikel yang lain, namun secara garis besar Bitcoin ini akan mendatangkan pundi-pundi uang yang relatif cepat. Namun kali ini menarik juga untuk disimak perdebatan panjang grup whatsapp tentangnya. Seperti biasa ada beberapa barisan yang mengkubu, yaitu:

  1. Barisan pendukung fanatik
  2. Barisan ragu-ragu
  3. Barisan yang tegas menolak

Barisan pendukung, untuk case Bitcoin utamanya yang dibahas disini adalah Bitcoin mining bagi yang mendukungnya sebagian besar motifnya digerakkan oleh keinginan untuk mendapatkan profit cepat dalam waktu singkat, apalagi bagi yang sudah membuktikannya, pasti akan lebih fanatik. Khas, kalau tangan sudah bisa memegang dan mata sudah bisa melihat, akal tinggal mengiyakan(bahkan sering tidak melakukan validasi lagi). Tapi tentu ada barisan pendukung lain yang memang memahami secara system dan sepertinya bersikap netral namun entah apakah juga sudah memperoleh cipratan profit atau manfaatnya.

Barisan ragu-ragu, biasanya lebih banyak menyimak, menelaah dan terus saja memikirkan tanpa berani bersikap maupun berkomentar untuk sementara waktu, karena masih menimbang antara godaan profit dan akal sehatnya "apa mungkin?" "masa iya sih.." dan pertanyaan-pertanyaan sejenis lainnya. Ya mungkin sambil melihat lebih dalam halal-haramnya juga sih.

Barisan yang tegas menolak, ada yang berpendapat bahwa tidak ada tetesan keringat di keuntungan yang didapatkan dari Bitcoin mining sehingga merasa kurang pantas dan kurang tepat profit itu diperolehnya, bahkan ada yang khawatir itu HARAM. Adalagi yang merasa tidak ada value riil seperti contoh komoditas emas, yang memang sudah menjadi salah satu komoditas yang dikenal sejak jaman lampau. Tapi Bitcoin ini? 10 tahun pun mungkin belum.

dokpri: pergerakan bitcoin (hasil screen capture dari pencarian google.com)
dokpri: pergerakan bitcoin (hasil screen capture dari pencarian google.com)
Banyak sekali, komentar, celoteh dan dasar-dasar yang diungkapkan. Hingga bahasan grup whatsapp mungkin bisa mencapai ratusan bahkan ribuan chat.  Berikut petikan-petikan chatnya yang saya kutip dari grup whatsapp yang saya ikuti, nama disamarkan dalam bentuk inisial namun perhatikan baik-baik dan baca berulang bila perlu, karena bila yang bersangkutan keberatan chatnya dimuat, akan saya hapus bagian tersebut:

AAA: "Gini aja, dulu Emas itu jadi barang tukar karena dia susah dicari, awet, tidak bisa karatan, mudah dikenali keasliannya.
Sedangkan crypto itu proses transaksi internasionalnya sangat cepat dibanding uang biasa ken, mudah dikenali keaslian nya, awet karena kehadiran tiap koin nya di confirm oleh jaringan, tidak bisa dipalsukan.
Jadi value nya jelas.
"

AAA: Jadi bukan cuma barang yg ga ada manfaat. Aku udah merasakan transfer uang ke amrik ga sampe 10 menit dgn biaya murah.

AAA: Awal mulanya kan koin nya emg hampir ga ada harganya, sedolar aja gak nyampe. Tapi kemudian mulai dipake orang buat transaksi internasional, transaksi internet. Misal beli barang2 di Silk Road.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun