Mohon tunggu...
Bagus Setiawan
Bagus Setiawan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajar dari Sukarno

23 Agustus 2016   10:02 Diperbarui: 24 Agustus 2016   09:07 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.bintang.com/

Sukarno, siapa yang tidak kenal dengan nama tersebut? Pria kelahiran Surabaya, 6 juni 1901 ini lahir dari pasangan Soekemi Sosrodiharjo dengan Ida Ayu Nyoman Rai. Sukarno adalah bapak proklamator Indonesia serta penggagas pancasila sebagai dasar negara. Beliau juga merupakan mantan orang nomor 1 di Indonesia yang mendapat gelar sebagai presiden seumur hidup. 

Sebagai tokoh terpelajar, beliau berperan aktif dalam organisasi pergerakan nasional seperti PNI. Beliau juga pernah dipenjarakan di Sukamiskin Bandung (1929) oleh pemerintah kolonial hindia-belanda sebagai akibat dari gagasannya yang bertajuk “Indonesia Menggugat” yang dapat mengganggu stabilitas pemerintahan wilayah koloni. Disisi lain, tokoh Sukarno dimata masyarakat Indonesia dikenal pula dikenal sebagai orator ulung dengan gaya pidatonya yang membara untuk membakar semangat para pendengarnya.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya”, begitulah kata Sukarno dalam salah satu pidatonya. Semaraknya peringatan HUT RI ke 71 di seantero nusantara merupakan salah satu bentuk representasi penghormatan atas jasa para pahlawan terdahulu. Peringatan HUT RI ke 71 tahun ini tidak hanya dilaksanakan melalui upacara bendera saja, namun juga melalui ajang perlombaan tradisional mulai dari tingkat RT hingga desa, do’a bersama untuk para pahlawan yang telah gugur, dan lain sebagainya. Inilah uniknya Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki masyarakat majemuk, maka tak heran jika masyarakatnya dalam hal merayakan HUT RI juga memiliki cara yang berbeda-beda. 

Semaraknya peringatan HUT RI ke 71 ini dapat menjadi indikasi bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Namun sejatinya penghormatan terhadap jasa pahlawan apakah hanya sebatas demikian? Tentu tidak, banyak hal yang bisa dilakukan untuk menghormati jasa para pahlawan diantaranya ialah dengan meneladani sikap dan ajaran pahlawan itu sendiri. Berikut beberapa hal yang bisa kita teladani dari tokoh seorang Sukarno dalam konteks kekinian;

Semangat

Tuhan tidak akan merubah nasib suatu bangsa, sebelum bangsa itu merubah nasibnya sendiri.” (Sukarno)

Di era pasca kemerdekaan saat ini, terjadi sebuah pergeseran paradigma perjuangan yang semula berjuang merebut kemerdekaan dan kini menjadi berjuang untuk mengisi kemerdekaan dalam rangka membangun Indonesia. Negara Indonesia yang kaya akan sumber daya alam maupun sumber daya manusia ini sejatinya adalah macan asia yang tertidur. Potensi yang demikian besar apabila didukung oleh semangat belajar bangsa Indonesia yang kuat, bukan mustahil jika negara ini dapat menjadi negara adidaya di kawasan Asia. Semangat belajar inilah jika terus dikobarkan dapat menjadi modal dalam upaya memobilisasi Indonesia menuju arah yang lebih baik pada segala bidang.

Keberanian

Musuh kita yang yang terbesar yang selalu merusakkan keselamatan dan kesejahteraan Asia dan juga merusakkan keselamatan dan kesejahteraan Indonesia ialah Amerika dan Inggris. Oleh karena itu, didalam peperangan Asia Timur Raya ini, maka segenap kita punya tenaga, segenap kita punya kemauan, segenap kita punya tekad harus kita tujukan kepada hancur-leburnya Amerika dan Inggris itu. Selama kekuasaan dan kekuatan Amerika dan Inggris belum hancur-lebur, maka Asia dan Indonesia tidak bisa selamat. Karena itu, semboyan kita sekarang ini ialah, hancurkan kekuasaan Amerika, hancurkan kekuasaan Inggris. Amerika kita setrika, Inggris kita linggis.” (Kutipan pidato Sukarno dalam Konferensi Asia Afrika 1955)

Keberanian Sukarno sebagai mantan orang nomor satu di Indonesia pada memang tak diragukan lagi. Pidatonya yang berapi-api seakan dapat membakar semangat para pendengarnya. “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”, demikianlah kata Sukarno pada salah satu pidatonya. Dalam konteks kekinian, lawan bangsa Indonesia bukan hanya bangsa asing, namun juga bangsanya sendiri. 

Era global saat ini yang telah membawa arus informasi dari berbagai lini seakan telah memberikan pengaruh nyata terhadap kehidupan bangsa Indonesia. Imbasnya, masyarakat awam yang tidak mampu memfilter informasi-informasi dari media maka berpotensi dapat tergabung dalam kelompok-kelompok radikal jaringan internasional. #KamiTidakTakut yang digelorakan netizen atas tragedi bom Sarinah pada paruh tahun lalu adalah salah satu bentuk keberanian yang harus dipupuk bangsa Indonesia demi menjaga keutuhan NKRI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun