Pada persimpangan harap
lelah singgah meruah
belenggu tanya menggema,
hening pecah; porak poranda
Pesimisme tumbuh serupa gulma
liar dan tak mampu tuk diterka.
Mengultimatum kecamuk rasa;
"Bolehkah aku ingin secepatnya—sesingkatnya saja?"
Kidung pilu kian menggemuruh
pekat mendung pun tak terbendung,
hujan runtuh pada ufuk matamu
menenggelamkan d(iri)mu— melarungkan egomu.
Tetaplah tuk menyemai kebunmu
walau tak semua kan tumbuh dan lebih dulu layu
namun akan segera menjelma tunas-tunas baru,
lalu di antaranya perlahan mekar berbunga indah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!