Dan Bapak tidak bernah memaksa paling hanya menyampaikan "nek arep di enggo ya ngonoh, nek ora diengko ya rapa-pa" kalau kamu mau memakai nasehat Bapak ya boleh, tidak dipakai nasehat Bapak ya tidak apa-apa.Â
Sepertinya ada kewajiban Bapak pada anak yang sudah tersampaikan, walau kemudian saya sebagai anak tidak melakukan nasehat itu, tidak dipermasalahnkan ole Bapak, tapi kewajiban seorang ayah untuk  menasehati anaknya sudah tersampaikan.
Nah hari-hari ini menajadi sepi, tidak ada tarikan nafas Bapak, tidak ada suara ngapak diujung telpon, tidak ada suara canda tawa Bapak dan Ibu, kapan kamu pulang? Anak-anak sehat semua kan? Sekarang kamu dimana? Dan seterusnya...Â
Dalam konteks Nyepi tadi, ternyata saya perlu dan wajib merenung mengkoreksi diri atas semua nasehat-nasehat Bapak Almarhum, untuk kemudian menjalankan anjuran atas nesehat beliau, sekaligus menularkan pada anak dan keluarga, bahwa sepi atas nasehat dari Bapak atau orang tua akan terbukti ketika kita tidak bisa bertemu kembali.
Maka Nyepi adalah sebuah prosesi sakral bagi setiap manusia sebagai umat Tuhan dengan cara kita masing-masing secara terus menerus mematut diri, Â sehingga menjadi manusia yang paripurna dihadapan Tuhan.
Bagong Waluyo