Mohon tunggu...
Muhammad Bagir
Muhammad Bagir Mohon Tunggu... Penulis - Ilmu Politik, Universitas Indonesia

Mau nulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Lanjutan Hari Ketiga Liburan di Turki: Merasakan Keindahan di "Kastil Kapas"

5 Juli 2021   09:30 Diperbarui: 5 Juli 2021   09:44 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan Taman di Pinggir Jalan Menuju Kastil Kapas (Dok. Pribadi)

Jarak antara The Southern Byzantine Gate dengan Kastil Kapas kurang lebih hampir 2 kilometer. Jalanan yang tersedia tidak sesulit di Ephesus yang banyak bebatuan dan jalan berkubang. Selain itu, sekitar 600 meter akhir menuju tempat tujuan, terdapat taman dengan beraneka macam bunga. Dari sana pula kami dapat melihat cotton castle yang menarik perhatian para pengunjung. Seperti yang telah dipaparkan, warnanya sangat putih bak kristal dan amat mengkilap. 

Cukup padat para pelancong yang berliburan. Sebagian dari mereka menghabiskan waktu berendam di dalam mata air Pamukkale yang disebut memiliki beragam khasiat. Seperti menyembuhkan kulit dan meremajakan tubuh yang lelah. Manfaat tersebut telah dikenal lama oleh komunitas Yunani, Romawi, Bizantium, dan Turki selama berabad-abad. 

Dalam artikel yang dipublikasikan CNN Indonesia, disebut bahwa turis biasanya datang untuk berendam demi kesehatan. Karena, air panas di sana bersuhu konsisten antara 35 hingga 36 derajat Celcius dan mengandung mineral, sehingga menyehatkan tubuh. Pada zaman Yunani kuno, Pamukkale telah menjadi tempat pelesir keluarga bangsawan. Seorang peneliti sejarah mengatakan kalau kolam air panas alami tersebut menjadi fasilitas spa pertama yang digunakan manusia. Maka, tidak heran jika ada 2 juta wisatawan yang datang untuk berendam di sana setiap tahunnya.

Ada sebuh cerita menarik yang dituliskan Jurnalis BBC Nori Jemil yang mengisahkan tentang bagaimana mata air di Pamukkale dapat meringankan penyakit. Pada 1950-an di Siprus Utara, seorang pria bernama Ali Riza Cagin menderita sakit sendi yang melemahkan tubuh. Sehingga, tidak mampu bekerja atau berdiri dalam waktu lama. Padahal, Ali baru berusia 30-an. Atas saran dokter, dia pergi untuk mandi di kolam air panas alami di Pamukkale dan akhirnya dapat kembali bekerja dalam beberapa bulan kemudian. 

Saat ini, kata Nori, banyak dokter di Turki masih merekomendasikan mereka yang menderita eksim (penyakit kulit) dan penyakit rematik untuk datang ke sana sebagai sarana untuk penyembuhan. Di dalam bus, Jihan pun sudah memberitahu agar kami dapat berwisata untuk kesehatan. Namun, saya tak terlalu tertarik untuk berendam. Lebih tepatnya, enggan repot-repot membasahi tubuh. Namun, bukan berarti saya hanya ingin duduk di cafe outdoor yang berada persis di atas kastil kapas. Dengan sadar, saya merasa perlu turun ke teras putih itu untuk melihat dari dekat belasan kolam air panas alami yang bertingkat-tingkat.

Sebelum turun, Ryan telah memperingatkan bagi siapa saja dari kami yang turun agar selalu berhati-hati dalam melangkah, karena area jalan cukup licin. Saya berusaha bergerak perlahan sembari mengambil gambar berbagai pemandangan yang menakjubkan. Para turis sudah banyak yang berendam di sana, sembari berbincang hingga tertawa terbahak-bahak. Ada juga yang seperti saya, berjalan menyusuri cotton castle hingga kolam air panas yang paling ujung. 

Kolam Bertingkat-tingkat di Kastil Kapas; Tampak dari Samping  (Dok. Pribadi)
Kolam Bertingkat-tingkat di Kastil Kapas; Tampak dari Samping  (Dok. Pribadi)

Secara intens, saya merenung tentang betapa indahnya kastil itu. Padahal, bentuknya berantakan, sampai-sampai saya tak dapat menggambarkan seperti apa. Dari situlah saya merasa memperoleh insight atau pengartian yang mendalam, bahwa keindahan apa pun atau siapa pun tak ada artinya jika hanya dipahami dengan pandangan yang semata-mata menganggap dunia hanya materi atau serba fisik belaka. Dalam arti, pandangan itu akan membawa kepada kesimpulan kalau semua keindahan yang terlihat hanyalah suatu keabsurdan atau kekonyolan. 

Seperti halnya ketika melihat cotton castle yang saya anggap begitu indah, bagaimana bisa dikatakan indah jika wujudnya sekedar endapan batuan kalsium karbonat yang berwarna putih dengan beragam kandungan lainnya, ditambah arsitekturnya yang megah? Atau melihat wanita cantik dengan struktur wajah istimewa serta seluruh anggota tubuh yang sempurna, padahal hanya sekedar tumpukan seonggok daging, tulang, darah, dan berbagai hal yang sifatnya kebendaan saja?

Tampak Sebagian Kastil Kapas (Dok. Pribadi)
Tampak Sebagian Kastil Kapas (Dok. Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun