Kata Jihan, dulu Agora menjadi tempat perdagangan yang didominasi orang miskin. Mungkin jika disamakan dengan pasar di Jakarta seperti pasar tumpah. Adapun bagi golongan kaya, pasar mereka dibedakan dari golongan miskin, di antaranya dari segi lokasi dan bentuk bangun ruang; barangkali semacam ruko. Teruntuk golongan kaya, dibolehkan berdagang di tempat orang miskin (jika mereka mau) atau di tempat khusus mereka. Sementara, golongan miskin hanya boleh berdagang di Agora.
Sejak peradaban zaman dahulu, golongan kaya sudah memiliki hak eksklusif yang tak dapat diperoleh golongan miskin. Jihan mengatakan, orang-orang kaya berhak untuk membangun patung berbentuk diri mereka sendiri sebagai upaya menunjukkan jejak sejarah, bahwa mereka kelompok yang berpengaruh di kota Ephesus. Golongan kaya juga memiliki beberapa kamar mandi khusus dengan ukuran besar dan luas. Bagi mereka yang miskin, kamar mandinya lebih kecil dan sempit.
Di dekat bouleuterion, terdapat Gimnasium yang digunakan sebagai fasilitas latihan untuk olahraga. Jihan mendeskripsikan tempat bersejarah tersebut sembari kami berjalan di tengah jalan yang memisahkan objek historis antara bagian kanan dan kiri.Â
Pada bagian kanan kami yang berada di bahu jalan, tepatnya di sebelum bouleuterion dan berujung di Gimnasium, ada sebuah jalan setapak yang dulunya berfungsi sebagai tempat bernaung bagi orang yang ingin berteduh. Namanya adalah Basilica Stoa (Royal Colonnade), panjangnya 160 meter, memiliki dua lantai dengan tiga lorong yang beratap kayu. Sekarang yang tersisanya hanya tiang-tiang penonggak bangunan tersebut. Jika Basilica Stoa dilihat secara keseluruhan, sungguh sangat menakjubkan. Saya tak tahu mengapa.
Cahaya matahari kian panas, namun udara yang dingin masih mendominasi. Burung-burung masih berkicau seperti biasanya, lalu terbang seolah-olah menemani perjalanan kami menuju relief purbalaka Dewi Nike. Ya, namanya mungkin hampir dikenal oleh umat manusia. Bukan sebagai dewi, namun sebagai merek dari sebuah korporasi raksasa multinasional yang merupakan produsen sepatu, pakaian, dan alat-alat olahraga. Perusahaan tersebut menggunakan nama dewi Nike, termasuk lambang yang ditafsirkan dari sayap dewi itu.Â
Dalam mitologi Yunani, Nike berarti kemenangan. Dia adalah dewi kekuatan, kecepatan, dan kemenangan dalam peperangan maupun kompetisi. Jihan menyatakan bahwa ada sebagian orang yang mempercayai kalau foto bersama relief Dewi Nike, maka akan memperoleh keberuntungan. Sebagian dari anggota keluarga pun mengambil potret, namun saya yakin bukan karena alasan demi mendapatkan untung. Hanya sekedar untuk kenang-kenangan.
Tak jauh dari lokasi relief Dewi Nike, kami melihat gerbang yang disebut The Heracles Gate. Sebagian menyebut itu sebagai Hercules Gate, karena Hercules adalah pelafalan dari bahasa Italia yang berasal dari nama Heracles sebagai sebutan originalnya.Â
Pada masanya, para penunggang kuda harus turun dari kendaraannya jika telah melewati gerbang tersebut. Dalam arti, setiap orang harus berjalan kaki tanpa memakai transportasi apapun jika ingin turun melewati undakan tiga tingkat gerbang Heracles.Â