Mohon tunggu...
Riska BagasPurnama
Riska BagasPurnama Mohon Tunggu... Lainnya - Lahir sebagai anak manusia

Yang jelas bagaimanapan hidupnya "Berfikir positif adalah salah satu cara sederhana untuk mensyukuri otak" hueheheh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malaikat Kecil yang Dekil

30 Mei 2022   09:42 Diperbarui: 30 Mei 2022   09:45 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam proses belajar, aku berjalan menyusuri setiap sudut ibu kota sembari menikmati kebisingan serta polusi yang menyelimuti seluruh wilayah dari ibu kota ini. Di tengah perjalanan aku bertemu dengan seorang anak yangg hidup di jalan sendirian. Ia benar - benar sendiri tanpa emak tanpa bapak, tanpa adik tanpa kakak. Tangannya terlalu sering di bawah meskipun tak jarang ia letakkan di atas tangan manusia yang lebih membutuhkan. Dari kejauhan kulihat wajahnya yang cemas, gelisah dan sedikit menunduk dengan tangannya yang tengadah seperti orang yang tengah berdoa dengan beberapa kata untuk menarik rejeki dari Tuhan.

Sore hari, ku lihat ia menepi, menghitung koin - koin kecil di pinggir jalan di bawah pohon yang rindang. Aku sengaja datang dan sengaja juga untuk bertanya.

"hari ini dapat berapa?."

"Alhamdulillah dapat dua belas ribu lima ratus rupiah." Jawabnya.

"Dengan uang segitu cukupkah untuk makan hari ini ?," kata ku sambil meletakkan bingkisan makanan dan minuman di sampingnya.

"Ini untuk makan dan simpan uangmu itu untuk hidup mu yang akan datang," sambungku.

Setelah beberapa langkah ku tinggalkan, ku lihat ia malah memberikan uangnya kepada seorang bapak - bapak dengan satu anak yang meringis menangis minta es teh di warung pinggir jalan. Melihat itu, aku kembali dan bertanya.

" Kenapa kamu berikan uangmu kepada bapak satu anak itu ?." Dengan senyumnya yang lugu, ia menjawab.

" Aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan, sekarang aku melihat ada anak manusia yang berlumuran air mata untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, apakah aku harus diam?. Aku sudah memenuhi kebutuhan perutku untuk bertahan hidup di duniaku yang tengah menderita gangguan jiwa. Jadi tak ada salahnya jika aku memberikan uangku agar anak manusia itu mendapatkan apa yang ia inginkan."

" Lantas untuk esok yang akan datang bagai mana caramu untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan perutmu itu,  Apakah bisa kau pastikan bahwa besok kau dapat makan?."

" Untuk esok yang akan datang biarlah menjadi urusan Tuhan, untuk kepastian jagan pernah tanyakan kepada saya. Karena saat ini saya hidup sebagai manusia bukan hidup sebagai Tuhan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun