Mohon tunggu...
Bagas Prabowo Adi
Bagas Prabowo Adi Mohon Tunggu... Penulis - Teologi | Pemuridan

Studying at Surakarta Christian University, Faculty of Theology | Instagram : @bagasprabowo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apakah Jalanku Lurus? (Amsal 3:1-26)

29 Oktober 2020   21:28 Diperbarui: 29 Oktober 2020   21:31 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

YOLO -- (You Only Live Once) sebuah istilah yang populer dikalangan anak muda yang diperkenalkan oleh penyanyi rapper Drake The Motto pada tahun 2011. Dalam perkembangannya YOLO menjadi sebuah ajakan bagi kaum muda untuk menikmati hidup sesuai kehendak, karena manusia hanya hidup satu kali saja.

Sebagai seorang muda, kebutuhan untuk memuaskan ego menjadi dorongan utama dalam tubuh pemuda dan remaja kita yang labil ini. Namun apakah setiap keputusan yang kita ambil merupakan langkah yang tepat? Apakah kita kita yakin akan masa depan kita, dengan hanya berdasarkan dari pemikiran kita saja? Di sisi lain mungkin ada orang-orang yang tidak peduli akan hal ini dan menghidupi istilah YOLO. Namun, disisi yang lain ada orang-orang yang merasa bimbang, merasa tidak mengerti, takut bahkan khawatir dengan masa depan yang tidak tentu arahnya. Lantas, sikap apa yang perlu kita ambil dalam hal ini sebagai seorang Pemuda dan Remaja Kristiani?

Melalui Amsal 3 : 1-26 kita belajar bahwa sejatinya Tuhan telah memberikan sebuah jaminan yang pasti bagi anak-anakNya, yaitu Jaminan tentang sebuah bimbingan dan tuntunan Tuhan sendiri. Dalam ayat yang kelima kita diminta untuk menaruhkan dasar hati kita terlebih dahulu untuk percaya kepada Tuhan. Hal ini penting untuk dilakukan sebab apabila sejak awal kita tidak memiliki kepercayaan kepada Tuhan maka, kita akan kesulitan untuk mempercayai tentang jalan dan rencana Tuhan yang telah disiapkan oleh kita. Kepercayaan membuat kita melakukan sesuatu dengan lebih tenang dan percaya diri.

Namun, di ayat ke enam penulis Amsal juga mengajarkan kita untuk menyangkali setiap kesombongan kita bahwa kita mampu untuk melakukan semuanya sendiri meskipun kita perlu Percaya Diri untuk melakukan sesuatu. Kata "segala" dalam bahasa ibrani ( = Kol/ Kowl) berarti adalah segala tanpa terkecuali, seluruh, semuanya. Penulis ingin menyampaikan bahwa dalam setiap setiap rencana, keputusan dan tindakan bahkan proses berpikirpun hendaknya melibatkan Allah dan menjadikan kengininan atau kehendak Tuhan sebagai keinginan tertinggi kita. Setiap hari kita harus hidup dalam hubungan yang erat dan percaya kepada Allah, senantiasa mengharapkan pengarahan dari Dia "dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur" (Fil 4:6).

Penulis menekankan bahwa pengertian seorang manusia tidak bisa dijadikan sebagai dasar untuk menjalani kehidupan ini (ay 5b). Pikiran bahwa diri sendiri adalah seorang yang bijaksana dan dapat menentukan keputusan adalah salah satu hal yang tidak di sarankan oleh penulis (ay 7). hal ini sangat tepat sebab manusia memiliki keterbatasan untuk melihat masa depan, tidak ada satupun manusia di bumi ini yang dapat melihat masa depan. Manusia hanya dapat memperkirakan dan merencanakan sebagai alat untuk berjaga-jaga saja. Sedangkan, Tuhan dapat melihat masa lalu masa sekarang hingga masa depan sekaligus dalam satu pandanganNya. Maka, tidak ada alasan untuk tidak mempercayakan setiap keputusan dan masa depan kita ditangganNya.

Respon kita terhadap janji Tuhan ini juga bukan sekedar janji tanpa jawaban semata. Respon yang kita berikan terhadap Janji Bimbingan Tuhan ini memberikan kita buah-buah kehidupan dan segala hasilnya akan mengalir. Namun, tujuan untuk mendapatkan hasil yang melimpah bukanlah maksud yang ingin disampaikan penulis. Cara hidup yang bergantung kepada Sang Sumber Hikmatlah yang menjadi poin utama dalam perikop ini, entah apapun yang akan kita dapatkan dari keputusan kita untuk bergantung.

Pada akhir perikop kita juga disuguhkan sebuah perbedaan antara rencana Allah yang penuh berkat dan kebahagiaan kekal, dibandingkan dengan rencana manusia yang berujung pada kebinasaan (ay 25).

TUHAN bukan saja akan menjadi pelindung yang menjagamu, tetapi juga sandaranmu yang memeliharamu tetap aman, sehingga kakimu tidak akan terjerat oleh para musuhmu, atau terjerat oleh ketakutanmu sendiri. | BPA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun