Mohon tunggu...
Bagas Prabowo Adi
Bagas Prabowo Adi Mohon Tunggu... Penulis - Teologi | Pemuridan

Studying at Surakarta Christian University, Faculty of Theology | Instagram : @bagasprabowo

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Eskatologi (Doktrin Akhir Zaman)

29 November 2019   00:28 Diperbarui: 4 Februari 2021   22:48 3827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pahala bagi orang benar disebut sebagai hidup yang kekal, yaitu bukan saja sekedar hidup tanpa akhir, tetapi juga hidup dalam segala kepenuhannya, Rm 2:7. Mereka melihat Allah di dalam Tuhan Yesus, muka dengan muka, merasakan kepuasan penuh bersama Dia, memuliakan dan memuji Dia.

 

BAB III

ESKATOLOGI INDIVIDUAL

 

A.      Kematian Jasmani

     Menurut Alkitab kematian jasmani adalah berhentinya hidup secara secara jasmani melalui terpisahnya tubuh dan jiwa. Kematian jasmani tak pernah berarti kemusnakan walaupun sebagian sekte menyebut kematian orang durhaka sebagai kemusnahan. Kematian bukanlah akhir dari eksistensi, tetapi berubahnya hubungan-hubungan natural dalam hidup.[6]

 

 Dalam kaitan antara dosa dan kematian Pelagian dan Socinian mengajarkan bahwa manusia diciptakan sebagai mahkluk yang dapat mati bukan sekedar berarti bahwa mereka bisa mati, tetapi juga berarti bahwa ia sesungguhnya (dalam kaitan dengan penciptaan dirinya) ada di bawah hukum kematian dan nantinya dia pasti mati. Warburton dan Laidlaw mengemukakan pendapat bahwa Adam sesungguhnya diciptakan sebagai mahkluk yang dapat mati, yaitu di bawah hukum kehancuran dan kerusakan, tetapi hukum itu baru berlaku hanya setelah ia jatuh dalam dosa. Dosa Adam tidak membawa perubahan pada keberadaan konstitusionalnya, tetapi di bawah keputusan hukuman Allah, ia tetap berada di bawah hukum kematian dan ia terampas dari anugerah imoralitas yang seharusnya bisa dimilikinya tanpa mengalami kematian.

 

Alkitab mengatakan tentang kematian jasmani sebagai hukuman, sebagai "upah dosa". Tetapi karena orang percaya dibenarkan dan tidak lagi berada di bawah kewajiban untuk membayar apa-apa, maka sekarang timbul pertanyaan : Mengapa orang percaya juga harus mati? Bagi mereka, kematian merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari sebagai akibat dari dosa turunan yang diwarisi dari Adam. Namun, kematian jasmani bukan menjadi kesedihan bagi mereka karena kelak orang benar akan mendapatkan tubuh baru pada saat kebangkitan daging, sama seperti yang telah diungkapkan oleh Rasul Paulus bahwa baginya mati adalah keuntungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun