Siapa di sini, yang suka mempersiapkan makanan dan dijadikan bekal untuk anak, istri, suami, atau pacar? Memang dengan membuatkan makanan untuk orang terkasih, artinya kita menggunakan salah satu cara untuk menunjukkan kasih sayang kita terhadap mereka. Tetapi, tahukah kita bahwa sebenarnya, ada aturan dalam mempersiapkan makanan sendiri.
Mempersiapkan makanan sendiri di rumah sering dianggap sebagai pilihan paling aman dan sehat. Namun, di balik kendali penuh atas bahan dan cara memasak, banyak kebiasaan kecil yang tampak sepele justru berpotensi menjadi celah masuknya bakteri patogen (penyebab penyakit).Â
Tanpa disadari, dapur rumah bisa menjadi titik awal dari berbagai masalah kesehatan jika aspek kebersihan dan keamanan pangan diabaikan. Artikel ini mengulas kebiasaan-kebiasaan yang kerap terjadi dalam kegiatan menyiapkan makanan di rumah, berdasarkan data ilmiah dan solusi higienis yang dapat diterapkan secara realistis.
Dapur Rumah: Nyaman Tapi Rentan
Dapur di rumah sering kali menjadi ruang keluarga kedua yang menjadi tempat untuk bereksperimen, berbagi momen, dan menyajikan makanan hangat. Namun, tidak seperti dapur restoran yang memiliki SOP ketat, dapur rumah cenderung dijalankan berdasarkan kebiasaan turun-temurun. Dalam praktiknya, banyak tindakan yang dilakukan tanpa pemahaman tentang risiko kontaminasi silang, suhu penyimpanan, atau sanitasi alat.
Menurut Redmond & Griffith (2003), perilaku penanganan makanan di lingkungan rumah sering kali tidak sesuai dengan standar kebersihan yang direkomendasikan. Salah satu faktornya adalah kurangnya pengetahuan dasar tentang bagaimana bakteri seperti Salmonella, Campylobacter, dan E. coli bisa berpindah melalui permukaan dapur, alat masak, atau bahkan tangan manusia. Kombinasi antara keterbatasan informasi dan multitasking saat memasak membuat dapur rumah menjadi tempat yang rawan bagi pertumbuhan mikroba.
Berikut ini adalah beberapa kesalahan paling umum yang sering dilakukan saat mempersiapkan makanan di rumah:
- Menggunakan Talenan yang Sama untuk Daging dan Sayuran
Banyak orang menggunakan satu talenan serbaguna untuk semua bahan. Padahal, talenan yang digunakan memotong daging mentah seharusnya tidak dipakai kembali untuk memotong sayur tanpa proses pembersihan menyeluruh. Bakteri seperti Salmonella atau E. coli bisa menempel di pori-pori talenan dan berpindah ke bahan makanan lain yang tidak akan dimasak.
- Tidak Mencuci Tangan Setelah Menyentuh Daging Mentah
Sentuhan tangan adalah salah satu jalur tercepat penyebaran kontaminasi. Menurut pedoman WHO, tangan harus dicuci minimal selama 20 detik dengan sabun setelah menangani bahan mentah. Namun, banyak orang hanya membilasnya dengan air atau bahkan tidak mencuci sama sekali jika tangan terlihat bersih. Jika tidak ingin sering mencuci tangan, maka hal yang perlu diperhatikan adalah pemahaman mengenai tingkat risiko dari suatu bahan pangan yang kita olah.
Seperti contohnya ketika kita ingin mengolah hidangan sup, kita harus memahami mengenai faktor tingkat risiko kontaminasi dari setiap bahan pangan. Bahan pangan yang ada di sup antara yaitu sayur dan daging. Sayur memiliki faktor kontaminasi yang lebih rendah dibandingkan daging. Kenapa? Kita bisa mencuci sayur terlebih dahulu sebelum diolah, dan oleh karena faktor kontaminasinya lebih rendah, maka tahap pertama yang kita lakukan yaitu memotong sayuran terlebih dahulu.
Setelah kita selesai dengan bahan sayuran, maka dilanjutkan dengan memotong daging dan siap untuk direbus terlebih dahulu. Lalu bagaimana kalau misal kita memotong daging terlebih dahulu? Jawabannya sayuran tersebut sudah ditumbuhi oleh bakteri-bakteri di daging tersebut. Nah, apalagi kalau sayuran itu ingin dimakan mentah, jadi sama saja kita "mengontaminasi" diri kita sendiri. Apalagi pisau dan talenan yang digunakan hanya ada 1, maka dari itu pemahaman mengenai tingkat kontaminasi bahan pangan, harus wajib dikuasai oleh kita pribadi.
- Menyimpan Makanan dalam Suhu yang Tidak Sesuai