Satu jam berlalu aku pun hanya bisa duduk dan memandangi bunga yang ada dimeja. Bunga yang selalu ia cium, ia sangat menyukainya. Aku teringat pada saat itu, ia mengancamku jika bunga itu layu maka ia akan mengigit telingaku dan membenciku. Maka dari itu aku merawatnya sampai sekarang. Waktu demi waktu berjalan dan disinilah aku duduk dan terdiam ditengah hujan ini sembari menanti ayam berkokok yang menunjukkan sudah pagi hari.Â
Saat ini petir menemani malam ku,aku sedang bersama petir demi menyelesaikan tugasnya bersama kaum angin dan hujan demi umat manusia. Saat ini yang kulakukan hanya menunggu dan menunggu dengan rasa sabar.Sesekali kulihat jendela namun hanya genangan yang terlihat.
Ayam pun berkokok menandakan pagi telah tiba dan hujan pun telah selesai melakukan tugasnya.
Tubuh dan jiwaku lelah, pada akhirnya aku dapat terlelap walaupun hanya sekejap. Tak lama berselang aku mendengar suara yang memanggiku dari luar pintu. Aku pun terbangun dari khayalan dan menghampirinya. Alangkah terkejutnya aku melihat ia berada di depan sanubariku. Sejenak aku terdiam,sanubariku tenang karena angin bahagiaku telah kembali lalu aku memeluknya.
Seketika ia berkata, "anginmu telah kembali dan aku akan memberikanmu nafas kebahagiaan seperti dahulu kala".
Aku terheran mengapa ia pergi tanpa alasan yang masuk akal, namun satu hal yang pasti alogo atau angin tersebut berkata, "aku nafas bahagiamu,oksigen dalam hidupmu,angin yang selalu engkau bisikkan saat ini telah berada didepan sanubarimu yang akan mengisi nafas hidupmu dan akan selalu seperti itu". Bunga-bunga pun menari bersama alogo.Â