Mohon tunggu...
Muhammad Bagas P. R
Muhammad Bagas P. R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

A boy

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tiktok, Candu Populer bagi Masyarakat

4 Januari 2022   14:25 Diperbarui: 7 Januari 2022   15:35 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image: akpusnews.pikiran-rakyat.com 

Di era teknologi yang sangat berkembang pesat seperti sekarang ini, membuat budaya begitu cepat menyebar. Salah satunya adalah budaya popular di Indonesia yang begitu menjamur, khususnya pada generasi anak muda. Budaya popular begitu cepat menembus kehidupan masyarakat global, sehingga budaya popular akan menjadi patokan yang akan terus berada di masyarakat, sehingga akan menimbulkan adanya pergeseran dan perubahan gaya hidup yang ada di masyarakat, budaya popular juga akan menimbulkan banyak inovasi pada masyarakat. Budaya popular mampu menembus lapisan masyarakat dikarenakan ide dan gagasannya yang modern dan mampu beradaptasi dengan kebiasaan masyarakat. Contohnya budaya POP pada aplikasi tiktok yang kini menjamur dan menembus semua lapisan masyarakat, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Budaya POP yang dibawa oleh Tiktok begitu cepat dan pesat berkembang di masyarakat (Annisah Istiqomah, 2020).
 

Media Massa pada industri 4.0 sekarang memberikan sangat banyak pengaruh terhadap masyarakat, ditambah pesatnya teknologi yang menyebabkan terciptanya begitu banyak media massa, sehingga banyak budaya baru yang tercipta. Media massa menyebarkan tren asing ke dalam masyarakat, yang kemudian menjadi kebiasaan baru bagi masyarakat. Di dalam sosiologi komunikasi, media massa dan masyarakat saling memberikan timbal balik dan interaksinya, hal ini yang memungkinkan adanya percepatan perubahan budaya. Dengan begitu banyaknya budaya yang diberikan oleh media massa, tentu arus dalam perubahan budaya di dalam masyarakat terjadi secara signifikan.


Sosiologi adalah ilmu yang menjadi akar dari komunikasi, kedua bidang ilmu tersebut tentu tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Interaksi dan informasi yang ada di dalam masyarakat dan media adalah bagian dari komunikasi itu sendiri, hal inilah yang menyebabkan media massa sangat berpengaruh di abad ke-21 ini (Darisman, 2019). Di tengah derasnya arus globalisasi, media massa telah menjadi peran penting dalam mempengaruhi masyarakat, dan menyebarkan budaya, yang menyebabkan terbentuknya hierarki di dalam masyarakat. Efek yang ditimbulkan oleh media massa tersebut bersifat merata, serta kemampuan suatu budaya baru dengan arus massa yang massif menyebabkan runtuhnya pelindung batas antara budaya tinggi dan budaya rendah, sehingga tren yang ada di masyarakat semakin menjadi-jadi. Terbentuknya hierarki di masyarakat memberikan dua dampak sekaligus kepada seniman, yaitu dampak positif dan dampak negative. dampak tersebutlah yang nantinya akan menjadikan sebuah popularitas menjadi konstruk yang sangat digilai oleh masyarakat, sehingga masyarakat akan sangat gencar dalam mendapatkan popularitasnya (Dosen Sosiologi , 2021 ).

Beberapa tahun belakangan ini, tren video pendek telah merebak dan berhasil memenuhi media massa di seluruh dunia. Tiktok telah menarik banyak perhatian dari masyarakat, termasuk anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga orang tua sekalipun. Adanya efek booming yang diberikan oleh Tiktok adalah salah satu efek dari tingginya penggunaan dari aplikasi tersebut, hal tersebut juga bagian dari pemenuhan permintaan masyarakat, dikarenakan  dapat diakses kapanpun dan dimanapun. Berkembangnya tren dari aplikasi tersebut tentu menyebabkan adanya budaya POP yang baru di kalangan masyarakat (Edsa Sudaram , 2020). Aplikasi Tiktok pada awalnya diluncurkan di tahun 2016 oleh Bytedance, kemudian aplikasi tersebut baru booming pada tahun 2017. Meningkatnya penyebaran aplikasi tiktok ini dikarenakan marketing digitalnya yang unik, dimana potongan videonya tersebut dibagikan pada media sosial lainnya, seperti Instagram, WeChat, dan lain lain.


Aplikasi Tiktok juga memiliki artificial intelligence yang dapat mengatur algoritma sehingga rekomendasi video yang diberikan sesuai dengan  keinginan dan minat penggunanya. Sehingga masyarakat pun menjadi betah dalam menggunakan aplikasi tersebut. tahun demi tahun pun berlalu, dan aplikasi Tiktok hanya membutuhkan waktu tiga tahun dalam menguasai pasar dan menarik atensi masyarakat dunia, khususnya di Indonesia. Jika menelaah definisi dari budaya popular Menurut Raymond Williams, yaitu budaya yang digemari oleh masyarakat secara luas. Budaya popular menurut Williams juga adalah budaya yang berkembang pesat di dalam masyarakat secara general, atau yang lebih dikenal sebagai budaya massa. Mengacu pada definisi tersebut, maka dapat dikatakan jika fenomena Tiktok telah menjadi budaya baru yang berhasil menembus semua lapisan masyarakat. Data menunjukkan bahwa sejak 2021 lalu, pengguna tiktok mengalami kenaikan yang sangat signifikan, yaitu sebesar hamper 40%.

Remaja khususnya di Indonesia, sangat mengeluh-eluhkan aplikasi Tiktok ini, khusus pada masa Pandemi covid-19 yang hampir melanda seluruh dunia. Adanya pembatasan sosial berskala besar membuat masyarakat kesulitan dalam bepergian, sehingga Tiktok dijadikan sebagai hiburan. Tiktok yang melanda semua lapisan masyarakat telah menjadi budaya yang tidak dapat terpisahkan lagi oleh masyarakat. Budaya popular itu sendiri dapat diartikan sebagai budaya komersial, dimana merupakan hasil produksi dari media massa itu sendiri. Jika melihat dari buku yang ditulis oleh Dominic Strinati yang berjudul ‘Popular Culture’, yaitu suatu budaya yang lahir atas kehendek media, atau dapat dikatakan sebagai budaya yang disebar dan dibawa oleh media. Interaksi dan aktivitas sehari-hari masyarakat tentu menjadi penentu utama terciptanya budaya popular yang juga merupaka citra dari masyarakat itu sendiri. Tiktok yang kini telah menjadi budaya popular, dapat dijadikan konten yang kemudian dapat dilihat oleh masyarakat yang menjadi sasaran utama penikmatnya (Strinati, 2016).


Tiktok, yang kini digunakan oleh hampir semua kalangan masyarakat, membuat tiktok telah menjadi budaya popular yang eksistensinya tidak dipertanyakan lagi. Ditambah adanya tokoh publik seperti artis, selebgram, youtuber, hingga pejabat pemerintahan membuat Tiktok sebagai produk budaya baru yang dikenal dan disukai secara luas oleh masyarakat. Luasnya jangkauan yang dihasilkan oleh Tiktok telah melampaui sekat dan pembatas norma yang ada, konten yang dihasilkan tidak lagi melihat suku, agama, ras, hingga nilai tradisi dan budaya yang ada pada masyarakat. Meskipun begitu, perlu diketahui bahwa Tiktok adalah salah satu produk yang dilahirkan oleh kapitalisme, yang artinya Tiktok akan dengan mudah ditunggangi oleh budaya barat atau budaya luar lainnya untuk lebih mudah lagi masuk ke Indonesia, dan menjadi sebuah budaya popular. Pada hakikatnya, budaya popular secara tipikal terikat pada produk dan teknologi dari budaya massa, tetapi kretivitasnya berada dalam cara menggunakan produk dan teknologi tersebut. padahal, budaya massa industrial bukanlah budaya popular secara harfiah, meskipun Tiktok merupakan budaya sumber dari budaya kultural yang ada, budaya popular secara khusus melibatkan seni membuat dari apa yang telah tersedia (Fiske, 2011).


Maka perlu diingat bahwa Tiktok menjadi budaya popular yang tengah didemami oleh hampir seluruh kalangan masyarakat, dikarenakan permintaan dan minat dari masyarakat itu sendiri. Meskipun budaya popular pada hakikatnya dibawa oleh media massa, akan tetapi mustahil suatu tren dapat menjadi budaya popular tanpa adanya andil dan minat masyarakat secara massif. Meskipun Tiktok menciptakan segudang tren di masyarakat, akan tetapi Tiktok tetap menjadi wadah bagi masyarakat dalam belajar, hal ini terbukti dengan banyaknya event dan seminar yang diadakan oleh Tiktok itu sendiri. Seperti seminar yang diadakan oleh Tiktok pada bulan desember 2020 kemarin. Tiktok menggandeng Ikatan Guru Indonesia untuk melancarkan Webinar tersebut, dengan harapan Tiktok dapat menjangkau 1000 guru, sehingga Tiktok bukan hanya menjadi platform yang membawa tren akan tetapi juga menjadi platform edukasi yang dapat menjadi wadah bagi masyarakat.
 
 
Daftar Pustaka
 
 
Haryanto Ariel, “Budaya Populer di Indonesia, Mencairnya Identitas Pasca Orde Baru”, 2012, Jalasutra
 
Koentjaraningrat, “Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan”, 1983, Gramedia.
 
Gustini Henni, “Studi Budaya di Indonesia”, 2012, Pustaka Setia Bandung
 
Fiske, J. (2011). Memahami Budaya Populer. Yogyakarta: Jalasutra
 
Strinati, D. (2016). Populer Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Dalam D. Saniatri, Populer Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer (hal. 34). Yogyakarta: Narasi
 
Dosen Sosiologi. (2021). Pengertian Budaya Populer, Ciri, Proses, Macam, dan Contohnya. Jurnal Ilmu Sosiologi.
 
Annisa, Istiqomah. (2020). Ancaman Budaya POP Terhadap Penguatan Identitas Nasional Masyarakat Urban. Jurnal Politik Walisongo: Universitas Negeri Yogyakarta. Vol. 2 No. 1 hal. 47-54. DOI: 10.21580/jpw.2020.2.1.3633
 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun