Mohon tunggu...
Nia Citra Amalia
Nia Citra Amalia Mohon Tunggu... Lainnya - hai

hai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Toleransi Beragama di Indonesia

10 Juli 2020   14:53 Diperbarui: 10 Juli 2020   15:04 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Toleransi adalah kata serapan yang diambil dari bahasa Inggris yaitu kata tolerance. Tolerance memiliki arti membiarkan. Sehingga dari akar katanya, toleransi adalah tindakan membiarkan atau memaklumi. 

Jika dikaitkan dengan bahasa Arab, toleransi sepadan dengan kata tasamuh. Kata tasamuh artinya adalah mengizinkan atau bisa juga diartikan saling memudahkan. 

Dengan demikian, toleransi dapat dengan mudah diartikan dengan membiarkan atau mengizinkan orang lain melakukan sesuatu. Atau lebih tepatnya, toleransi adalah kegiatan yang menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kolompok masyarakat yang berbeda.

Islam sejak awal sudah mengajarkan umatnya untuk selalu menjalin kehidupan yang harmonis antara sesama umat manusia. Agama Islam merupakan agama yang penuh dengan toleransi. 

Toleransi dalam Islam bukan hanya terdapat dalam ajaran secara tekstual tetapi juga telah menjadi karakter dan tabiat hampir seluruh umat Islam dari zaman Muhammad SAW sampai sekarang ini.

Firman Allah Swt., artinya: "Hai Manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal'' (terj. QS. Al-Hujurat 13).

Sikap toleransi sudah diajarkan dan dikerjakan umat muslim bahkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Beliau memiliki sikap toleransi yang sangat tinggi. 

Beliau tidak pernah sekalipun menyinggung maupun menyakiti perasaan atau memaksakan kehendaknya kepada orang lain yang bahkan memiliki agama dan kepercayaan yang berbeda dengan dirinya. 

Contohnya ketika beliau mendakwahi pamannya, Abu Tholib, beliau tidak menggunakan bujuk rayu secara paksa maupun kekerasan. Terhadap kafir dzimmi (yang berada dilindungan negara) beliau tetap menghargainya dan melindungi hak haknya.

Indonesia, sebagai Negara yang memiliki banyak perbedaan baik secara suku, budaya, dan agama, sudah sepatutnya kita menerapkan sikap toleransi. Terlebih lagi, agama mayoritas di Indonesia adalah agama Islam, maka dari itu sudah sewajarnya kita meneladani apa yang sudah diajarkan dan dipraktekan oleh Rasulullah SAW.

Sebenarnya sudah banyak contoh nyata akan sikap toleransi yang diaplikasikan dalam kehidupan bersosial di tengah-tengah masyarakat Indonesia. 

Seperti contohnya di Desa Ngargoyoso, di kaki Gunung Lawu, yang memiliki tiga tempat ibadah yakni masjid, gereja, dan pura yang berdiri berdampingan. Juga contoh toleransi antarumat beragama di Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Contoh budaya toleransi di antaranya panitia yang bertugas pada perayaan hari besar umat Kristen adalah umat Islam, begitu juga sebaliknya.

Sayangnya, tidak sedikit juga masyarakat yang masih tidak sadar tentang betapa pentingnya menerapkan sikap tenggang rasa atau toleransi terutama di Indonesia yang terdapat berbagai perbedaan yang dapat ditemukan di mana-mana. Maka dari itu, kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang menyadari pentingnya toleransi, mari terus lestarikan sikap tenggang rasa di antara umat manusia di tanah air Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun