Mohon tunggu...
Badrul Tamam
Badrul Tamam Mohon Tunggu... -

Alumnus Administrasi Bisnis Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Politik

Iblis

24 November 2015   01:16 Diperbarui: 24 November 2015   01:59 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa hari belakangan kita disuguhi nyanyian dan tarian para iblis, bahkan baunya menyeruak ke penjuru Nusantara. Semua pasti mencium aroma iblis-iblis itu. Proyek demi proyek, kasus demi kasus mengantarkan para iblis bersafari ke jeruji besi. Busuk, sungguh busuk. Seharusnya iblis-iblis itu kita gantung dan kita ludahi bersama, biar tidak terus mewabah.

Iblis-iblis itu berwatak qorun dan firaun, sombong dengan jabatannya, pongah dengan hartanya, seoalah-olah mereka hidup selama-lamanya. Sewajarnyalah iblis, mereka rakus, terus mengumpulkan kekayaan dan mengejar kekuasaan, tak pernah puas, bahkan sepenuh bumi pun, mereka akan mencari bumi-bumi yang lain.

Apabila iblis-iblis itu ketahuan belang hidungnya, mereka sekuat tenaga membolak balikkan kebenaran, bahkan hukum yang mereka buat sendiri untuk kesejahteraan mereka, akan mereka kangkangi begitu saja. mereka menganggap hukum sebagai sesuatu yang benar, ketika hukum-hukum itu mampu mempertahankan kekuasaan mereka.

Sewajarnyanyalah iblis, ketika mereka sama-sekali tidak mendengarkan kebenaran, bahkan itu lahir dari sesama iblis pun. Hebatnya para iblis itu, mereka tak bercula, bermata merah atau bertaring dan berkulit hitam legam. Mereka bisa menyerupa begitu rupawan dengan suara-suara yang di rendahkan, supaya tidak diketahui bahwa mereka adalah iblis, yang dengan senangnya memakan harta jutaan orang miskin yang terus berjuang dalam peperangan global yang tidak seimbang kekuatannya.

Lalu kenapa iblis-iblis itu terus kita biarkan beranak-pinak di ruang-ruang yang sama sekali tidak kita inginkan, bahkan tiap lima tahun sekali kita kembali memilih para iblis-iblis itu duduk di singgasana, apa yang salah? Salahnya dimana?. Atau jangan-jangan kita semua telah menjadi iblis tanpa kita sadari bersama, ataukah kita memang pura-pura tidak tahu dan membiarkan iblis-iblis itu berkembang biak sejak di lingkungannya, karena kita telah menjadi Iblis, iblis yang jahat dan begitu jahat.

Dan sewajarnyalah iblis, bila sesama iblis akan terus mendukung segala kerusakan di muka bumi ini, dengan berbondong-bondong saling menyokong untuk menciptakan kerajaan iblis. Entah sampai kapan, tanah kita akan di kuasai para iblis yang begitu serakah akan kekuasaan dan Harta. Semoga tuhan memberikan kekuatan kepada para manusia untuk menemukan jalan pulang sebaik-baiknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun