Puisi, ayub hamzah fahreza
Aku menawarkan kembang padamu
Bukan bangkai yang selalu kau lahap
Perutmu penuh kenangan buruk
Tetapi kembang ku tumbuh subur
Mengisaratkan wewangian
Engkau terlanjur menutup hidung
Tak pernah ku minta untuk memetik
Hanya ku minta untuk membaca kelopaknya
Dari serpihan masa lalu yang ku temui
Dia tumbuh mekar pada kuburan kuburan tua Seperti  buku buku sejarah
Di situ mestinya kau tambatkan cinta
Bukan malah menebar kaktus duri
Sehingga wajahmu mengabur
Lalu meloncat bagai balon didorong angin
Ini air, Â siramlah
Mungkin saja kau bisa bebas memandang
Tentang jernih dan butek
Tentang buram dan bening
Boleh juga sesekali kau singgah
Siapa tau aku masih punya sepotong pagi
Untuk mengeluarkan keringatmu yang bau
Dan kita sama berlari
Bukan untuk mengukur kaki kita
Tapi untuk saling melihat
Bahwa kita telah keliru arah
Maka, berbaliklah
Siapa tahu jejak bisa buat kita menyadari
Bahwa kita pernah bersalaman
Medan, Â 21 maret 2019