Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

7 Keutamaan Warga Townsville dalam Menjaga Kualitas Air untuk Kehidupannya

9 Februari 2019   14:55 Diperbarui: 10 Februari 2019   17:39 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis meningkatkan keteduhan Ross River - Townsville (Foto: Dok. Pribad)

Townsville, sebuah kota kecil di wilayah Northern Queensland, Australia. Kotanya datar. Dikelilingi oleh pegunungan Douglas. Di depannya, membentang hamparan laut, yang dibentengi oleh Magnetic Island.

Hawa di kota ini tak perlu dibilang lagi. Panas sekali. Lebih panas dari Kota Kupang. Secara geografis, letaknya di daerah sub tropis sehingga suhu bisa mencapai 40-an derajat Celcius.

Sebuah kanal sungai membelah kota, menghubungkan hulu kanal yang merupakan Ross River Dam dan laut yang merupakan muaranya. Air ini selalu terisi pada musim kering apalagi musim hujan. Permukaanya bersih. Tanpa sepotong sampah yang merusak pemandangan.

Sepanjang kanal ditumbuhi pepohonan tropis yang telah berumur. Beberapa taman kota yang asri membentang sepanjang pesisir sungai. Pula ada kolam renang yang dibuka bagi umum seperti Riverway Swiming pool.

Kadang kita menjumpai aktivitas masyarakat di kanal ini. Mereka berlayar dengan speedboard, ada pula yang memancing tapi dalam batas-batas tertentu karena ada aturan yang mengikatnya.

Hal yang menarik saya dari pemandangan kota Townsville adalah tiadanya sampah seperti yang kita mudah jumpai di kota-kota di Indonesia seperti Jakarta. Dan, memang di Indonesia, sampah merupakan persoalan yang sangat serius bahkan Indonesia dikategorikan sebagai negara darurat sampah.

Ross River - Townsville (Foto: Dok. Pribadi)
Ross River - Townsville (Foto: Dok. Pribadi)
Dalam catatan Indonesian Center for Environmental Law (ICEL), Indonesia berada pada posisi kedua setelah China sebagai negara produsen limbah plastik yang dibuang ke laut. 

ICEL memperkirakan 4,8 -- 12,7 juta ton plastik yang dibuang ke laut setiap tahunnya. Sampah darat memberikan sumbangan terbesar sebanyak 80 % (Disdik.nttprov.go.id, 08/02/2019).

Berdasarkan kota penghasil sampah, Tirto.id (20/02/2018) mengutip data BPS (2016), Pulau Jawa menghasilkan sampah tertinggi di Indonesia. Misalnya, pada tahun 2015, Surabaya memproduksi 9.475,21 meter kubik, naik 235,1 meter kubik menjadi 9.710,61 meter kubik pada tahun 2016. Mamuju sebagai kota di luar Pulau Jawa yang menghasilkan sampah terbanyak mencapai 7.383 meter kubik dan disusul Makassar 5.931,4 meter kubik.

Bagaimana dengan keterangkutan sampah? BPS sebagaimana dikutip Disdik.nttprov.go.id (08/02/2019) dari Tirto.id mengungkapkan 30 ibu kota provinsi, rata-rata keterangkutan sampah mencapai 71,20 persen saja dari total limbah yang dihasilkan atau 28,8 persen sampah yang belum terangkut.

Denpasar memiliki tingkat keterangkutan sampah paling tinggi, 97,47 persen dari 3.719 meter kubik sampah yang diproduksi. Pencapaian Denpasar disebabkan oleh keberadaan Bali sebagai destinasi wisata internasional. Sebaliknya, Mamuju memiliki tingkat keterangkutan sampah yang paling rendah, 2,82 persen saja dari 7.383 meter kubik limbah yang dihasilkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun