Mohon tunggu...
Muhammad Safwan Baariq Priadi
Muhammad Safwan Baariq Priadi Mohon Tunggu... Ahli Gizi - belum bekerja

saat ini hanya untuk memenuhi tugas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Krisis Budaya Literasi di Indonesia

26 Januari 2023   09:38 Diperbarui: 26 Januari 2023   09:43 2328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Literasi adalah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi "membaca, berbicara, menyimak dan menulis" dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Kemampuan ini sangat penting dimiliki oleh setiap individu. Kemampuan literasi ini juga tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Bahkan kemampuan literasi ini adalah hal yang pertama kali dipelajari oleh manusia saat lahir. Oleh karena itu, kemampuan literasi ini sangat penting dan membantu mempengaruhi pemahaman intelektual yang berguna untuk kehidupan.

Di zaman sekarang dengan keadaan teknologi yang semakin maju dan tidak terbatas, sayangnya membuat sebagian orang terlena akan hal tersebut. Banyak sekali masyarakat yang tidak tertarik dengan kegiatan literasi, salah satunya membaca yang dianggap membosankan dan membuat mengantuk. Dari usia muda hingga usia tua, semuanya lebih memilih untuk bermain ponsel yang di dalamnya bisa bermain game hingga media sosial. Masyarakat menganggap bahwa semua kegiatan itu lebih menyenangkan. Lalu, bagaimanakah keadaan tingkat literasi di Indonesia dengan para masyarakat yang memiliki kebiasaan seperti itu ?

Menurut beberapa penelitian yang dilakukan oleh lembaga Internasional budaya literasi di Indonesia masih sangat rendah. Di antaranya, menurut United Nations Educational, Scientific and Cultural (UNESCO), Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia. Dengan begitu, artinya minat baca di Indonesia sangat rendah. Data statistik dari UNESCO, dari total 61 negara Indonesia berada di peringkat 60 dengan tingkat literasi rendah. Peringkat 59 diisi oleh Thailand dan peringkat terakhir diisi oleh Botswana. Sedangkan Finlandia menduduki peringkat pertama dengan tingkat literasi yang tinggi, hampir mencapai 100%. 

Sementara itu, berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) menyebut, budaya literasi masyarakat Indonesia pada 2012 terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia. Indonesia menempati urutan ke 64 dari 65 negara tersebut. Sementara Vietnam justru menempati urutan ke-20 besar. Pada penelitian yang sama, PISA juga menempatkan posisi tingkat membaca siswa Indonesia di urutan ke 57 dari 65 negara yang diteliti.

PISA juga menyebutkan, tak ada satu siswa pun di Indonesia yang meraih nilai literasi ditingkat kelima, hanya 0,4 persen siswa yang memiliki kemampuan literasi tingkat empat. Selebihnya di bawah tingkat tiga, bahkan di bawah tingkat satu. Sedangkan menurut data UNESCO, indeks minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.

Hal ini tentunya harus menjadi perhatian kita  bersama dan perlu di waspadai. Jika kemampuan literasi masyarakat tidak meningkat, maka akan mempengaruhi kecerdasan atau intelektual masyarakat sehingga berdampak pada masa depan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah seharusnya melakukan aksi untuk terus mendorong masyarakat agar kembali menerapkan literasi dalam kebiasaan hidupnya. Dengan data yang ada, bahwa kondisi Indonesia sangat memprihatinkan  yang hanya memasuki peringkat 2 terbawah di dunia. Bahkan, hanya 0,001 indeks minat baca di Indonesia.

Ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan budaya literasi di Indonesia, salah satunya dengan mengikuti negara lain yang berhasil menerapkan budaya literasi. Contohnya, Finlandia yang memiliki banyak langkah untuk menerapkan budaya literasi seperti memperbanyak perpustakaan di tempat umum. Namun ada yang menjadi salah satu tantangan untuk menerapkan upaya tersebut di Indonesia. Menurut UNESCO pada tahun 2010, tingkat melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya sekitar 65,5%. Sehingga upaya tersebut belum tentu efektif melihat kondisi tingkat melek huruf orang dewasa di Indonesia.

Melihat data tingkat melek huruf orang dewasa, kita bisa mencari upaya lain yang dilakukan Finlandia dalam menerapkan budaya literasi. Langkah lainnya yaitu mendoktrin anak-anak agar mereka suka membaca. Dengan menerapkan kegiatan membaca tidak terlepas dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya Finlandia yang bisa ditiru, budaya Tachiyomi juga bisa menjadi alternatif lain di masa mendatang setelah mengatasi buta huruf di Indonesia. 

Dengan memudahkan para pembaca untuk membaca buku, membiarkan masyarakat membaca buku dengan gratis di muka umum. Jelas dengan memudahkan hal tersebut, membuat Jepang maju dengan budaya literasinya.

Jadi, dengan keadaan tingkat literasi Indonesia sesuai dengan fakta dan data yang ada bisa dibilang bahwa Indonesia mengalami krisis budaya literasi. Dimana Indonesia menempati posisi peringkat literasi terendah. Bahkan, indeks minat baca hanya 0,001 dari jumlah banyaknya warga Indonesia dari 1000 hanya 1 orang yang rajin membaca. 

Oleh karena itu, banyak aksi yang dibutuhkan untuk mengatasi hal ini. Di antaranya bisa mengikuti berbagai cara negara lain, dengan mendoktrin anak-anak untuk suka membaca dan memperbanyak perpustakaan di tempat umum seperti Finlandia atau budaya Tachiyomi dari Jepang. Ide tersebut bisa kita coba untuk meningkatkan literasi di Indonesia. Jika budaya literasi di Indonesia meningkat, maka bangsa ini bisa maju dengan sumber daya manusia yang memiliki kecerdasan atau intelektual yang baik hasil dari budaya literasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun