Tatap-menatap layar dibalik racau logika tidak terukur dengan realita.
Air mata mebumbung di relung hati, bersemanyam dipekatnya dosa tahun lalu.
Tangan ingin megenggam, raih tak kunjung sanjung.
Reka kata menjadi majemuk, Â hempasan peluru hanya menembus dinding asmara rawan dengan gejolak rayu.
 Kebingungan makna, luka dibredel dengan senyum palsu.
Tautan kasih dalam rintihan senja, tidak bisa diartikan terus menerus sebab matahari akan tenggelam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI