Mohon tunggu...
Mahdiya Az Zahra
Mahdiya Az Zahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - lifetime learner

Mompreneur yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menanti Pemimpin Masa Depan

19 Mei 2017   19:50 Diperbarui: 30 November 2017   07:13 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lagi lagi saya akan bawa drama korea. Entah kenapa, tapi drama korea memberikan gambaran yang pas terkait sesuatu yang akan saya bahas. Drama korea yang mengisahkan kehidupan modern tak pernah lepas dari seorang pemilik perusahaan dan pewarisnya. Alur yang tak diragukan lagi yaitu perebutan pewaris perusahaan. Seorang presiden direktur (CEO) yang mendirikan perusahaan adalah seorang ayah yang telah berjuang bertahun-tahun lamanya untuk bisa sukses membangun sebuah perusahaan. Dimulai dari masa-masa sulit yang diselimuti dengan kemisikinan hingga menjadi perusahaan besar yang tak tertandingi.

Biasanya cerita ini akan dibumbui dengan konflik tentang cerainya sang ayah atau meninggalnya sang ibu dan tinggal lah sang anak (pewaris) sendirian. Kejadian itu mengakibatkan sang ayah menikah lagi, biasanya dengan janda yang memiliki seorang anak.

Akhirnya terdapat dua kandidat pewaris perusahaan yang sama-sama kuat. Selain karena kemampuannya, juga karena orang tua mereka saling menginginkan mereka mendapatkan posisi itu.

Sang ayah tentunya ingin perusahaannya diwarisi oleh orang yang betul-betul memahami visi dan misi perusahaannya. Yang bisa dilakukan adalah mencetak generasi dan ia bimbing untuk menjadi pewaris perusahaan. Maka sejak anaknya lahir, ia telah dipersiapkan untuk memimpin sebuah perusahaan. Adab dan etika hukum tentang perusahaan,cash flow, management, dan segala ilmu tentang kepemimpinan telah ia ajarkan dan sampaikan sejak anaknya kecil. 

Sang anak kemudian tumbuh menjadi orang yang rendah hati dengan tanggung jawab penuh sebagai pemimpin. Sang ayah akan memastikan segala tingkah laku, pengetahuan, wawasan, serta linkungan pergaulan sang anak tetap dalam jalur yang ia harapkan. Sang ayah juga akan menilai dan menguji apakah anaknya layak menjadi pemimpin perusahaan. Biasanya sang ayah akan menempatkan sang anak dalam perusahaan pada posisi yang terendah dan dicoba hingga posisi tertinggi. Dari situlah sang ayah dapat menentukan kapan ia bisa menyerahkan perusahaannya.

Setelah proses membangun perusahaan yang begitu panjang dengan perjuangan yang tidak sebentar juga, sang ayah tentu tidak ingin perusahaannya bangkrut atau hancur di kemudian hari. Ia juga tidak ingin perusahaannya terlibat kasus hukum atau perusahannya mengakibatkan kerugian terhadap pihak lain. Ia mempunyai visi dan misi yang jelas dan matang bagi perusahaan. 

Dan yang memahami dengan betul seperti apa visi dan misinya adalah orang yang dari kecil ia didik dan ia bimbing untuk menggantikannya. Akan sulit sekali ia menerima orang yang tidak ia didik dari kecil untuk melanjutkan kepemimpinannya. Bukan karena keturunan, tapi anaknya lah yang mengerti seperti apa perjuangan ayahnya, dan anaknya lah yang sedari kecil dipersiapkan menjadi pemimpin perusahaan dan memahami betul visi misi ayahnya. Anaknya memahami apa yang diharapkan dan diinginkan oleh ayahnya untuk masa depan perusahaan.

Bahkan jika pengambilan keputusan didasarkan pada musyawarah pemegang saham, siapapun tidak akan rela menyerahkan perusahaannya dipimpin oleh orang yang tidak memahami betul seluk beluk perusahaan. Seperti hal nya Apple, Inc. yang didirikan oleh Steve Jobs, ia mendirikan dengan visi misi tersendiri yang mana salah satunya adalah kesempurnaan dan kualitas produk, desain elegan dan perangkat yang mewah. Perangkat lunak yang tiada tandingannya, dan memiliki hak cipta dalam setiap desainnya. 

Ia mengembangkan perusahaannya mulai dari nol dengan visi misi yang ia bangun. Tapi segalanya berubah ketika Apple sudah mendapat investasi, apa yang diluncurkan bukanlah karena kepuasan Jobs untuk memberikan produk yang terbaik untuk konsumen, namun karena persaingan ekonomi. Meluncurkan produk menjadi sebuah kompetisi bukanlah sebuah usaha untuk memudahkan dan memuaskan konsumen.

Hingga suatu saat Jobs dipecat oleh perusahaan yang ia dirikan sendiri karena hasil musyawarah pemegang saham. Betul sekali, sepeninggal Jobs Apple menjadi perusahaan yang tak tau arah tujuan. Hal ini dikarenakan tak ada yang memahami dengan betul untuk apa perusahaan itu didirikan, dan apa visi misi perusahaan itu. Pada akhirnya Jobs kembali memimpin perusahaan saat Apple sudah diambang kehancuran, hal pertama yang ia lakukan sekembalinya ke perusahaan adalah memecat semua orang yang hanya memikirkan kekuasaan dan ekonomi.

Kira kira seperti itulah jika kepemimpinan tidak dipegang oleh orang yang betul-betul memahami visi misi dari apa yang akan dipimpinnya.

Jika kita menelisik sejarah Islam tentang kepemimpinan, maka kita akan dihadapkan pada pertanyaan siapa pemimpin setelah Nabi Muhammad. Apakah kepemimpinan yang diinginkan oleh Tuhan dan Nabi?

Visi dan misi apa yang dipegang Nabi dan akan diteruskan oleh pemimpin selanjutnya?

Jika kita melihat gambaran dari CEO perusahaan juga pengalaman Jobs, tentunya seorang pemimpin akah mempersiapkan pemimpin selanjutnya. Seorang pemimpin akan mendidik dan mengajari calon pemimpin berikutnya dari kecil agar ia memahami visi dan misi, serta tujuan dari kepemimipinannya. Maka tiga pertanyaan yang sangat fundamental adalah

  • Apakah betul Nabi tidak mempersiapkan pemimpin selanjutnya?
  • Apakah musyawarah adalah cara yang diajarkan Nabi dalam memilih pemimpin?
  • Apakah sebetulnya Nabi telah mempersiapkan pemimpin setelahnya?

Analisis

  • Jika dikatakan bahwa Nabi tidak mempersiapkan pemimpin setelahnya, maka pernyataan ini bertentangan dengan kepribadian Nabi. Nabi yang begitu memperhatikan umatnya hingga hal-hal terkecil, tidak mungkin meninggalkan umat tanpa peduli nasib kepemimpinan umat selanjutnya. Sebagai manusia, kita tentu menginginkan saudara kita, keturunan kita, adik-adik kita berada pada jalur yang benar. Kita akan berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan jalan yang baik dan menjaga agar mereka tetap dalam jalur yang kita anggap baik. Bahkan kita menginginkan mereka baik baik saja sepeninggal kita. Begitu pula dengan Nabi yang sangat mencintai umatnya.
  • Jika musyawarah adalah cara yang diajarkan Nabi dalam memilih pemimpin, tentunya saat pemerintahan Nabi pun akan dilakukan musyawarah. Kenyataannya tidak, Nabi memerintah berdasarkan perintah Tuhan dan penunjukan langsung oleh Tuhan. Semasa hidupnya pun Nabi tidak pernah mengajarkan tentang metode pemilihan pemimpin melalui jalur musyawarah. Jika memang musyawarah adalah cara yang tepat, tentu Nabi telah mengajarkan metode ini sejak awal. Nabi akan memberi kriteria, standar, parameter, tata cara, adab musyawarah dalam memilih pemimpin. Namun faktanya tidak demikian, padahal ini adalah masalah yang sangat fundamental sepeninggal Nabi. Umat kehilangan arah sepeninggal Nabi.
  • Sebagaimana manusia pada umumnya, kita akan mempersiapkan generasi selanjutnya sebagai generasi penerus dan menjaganya tetap dalam jalur. Sebagaimana CEO yang mempersiapkan pewarisnnya, seorang pemimpin seperti Nabi secara rasional tentu telah mempersiapkan penerusnya. Seseorang yang dari kecil telah beliau didik dan diajarkan tentang banyak hal akan kepemimpinan. Seseorang yang mamahami tujuan dari Islam serta visi misi kepemimpinan Nabi. Seseorang yang mamahami dengan betul syariat, ushuluddin, dan seorang yang dipilih langsung oleh Tuhan sebagai pembawa risalah kenabian. Seorang yang sangat cerdas untuk mewarisi ilmu dari Kotanya Ilmu. Seorang yang sangat memahami Islam dan berakhlak mulia. Seseorang yang dapat Nabi pastikan segala akhlak dan kepribadiaannya. Dan seseorang itu pastilah orang yang terdekat dengannya yang bisa Nabi pastikan segala kehidupannya dari segala aspek.

Secara rasional analisis ketiga adalah analisis yang paling tepat berdasarkan analogi CEO dan pewarisnya. Namun benar tidaknya, perlu dikaji ulang. Jika benar, maka siapakah pemimpin yang sesungguhnya dipersiapkan oleh Nabi? Jika salah, maka kepemimpinan seperti apakah yang dipersiapkan Nabi sepeninggalnya?

Wallahu’alam bi shawab

Referensi utama

Shadr, M. Baqir. 2015. Filsafat Sejarah Islam Syiah. Yogyakarta: Rausyan Fikr

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun