Mohon tunggu...
Azzahra Al Adawiyah
Azzahra Al Adawiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UINSU

hobi saya adalah menulis dan membaca. saya senang mempelajari mengenai topik kesehatan dan pendidikan. oleh karena itu saya kuliah jurusan Kesehatan Masyarakat di UINSU Medan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengulas Penyakit Infeksi dan Cara Bijak Penggunaan Antibiotik

4 Desember 2022   22:55 Diperbarui: 5 Desember 2022   22:20 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Infeksi bakteri adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri. Infeksi ini dapat menyebabkan demam, batuk, hingga tanda peradangan, seperti nyeri dam pembengkakan pada penderitanya. Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal yang dapat ditemukan di air, tanah, udara, bahkan di dalam tubuh manusia. Beberapa jenis bakteri bermanfaat dan dibutukan oleh tubuh, seperti bakteri E.coli, yang berfungsi untuk pembusukan makanan di usus dan dikeluarkan dalam bentuk feses.

Bakteri berbeda dengan virus. Bakteri tidak membutuhkan inang untuk hidup, sedangakan virus bersifat parasit sehingga membutuhkan inang untuk dapat hidup dan bereproduksi. Walaupun begitu, sulit untuk membedakan antara infeksi bakteri dan virus karena keduanya mempunyai gejala yang sama, seperti demam, batuk, meriang dan lain lain. Oleh karena itu perlu melakukan pemeriksaan ke dokter seperti sampel urin, feses, darah atau swab dari hidung atau tenggorokan untuk dilihat jenis infeksi yang dimiliki penderita.

Penting untuk melakukan pemeriksaan sesegera mungkin, karena pengobatan infeksi bakteri dan virus berbeda. Untuk infeksi bakteri pengobatannya diberikan antibiotik. Sedangkan virus pengobatannya diberikan obat antivirus dan jika obat antivirusnya belum ditemukan, maka dilakukan terapi nonfarmakologi, yaitu terapi tanpa menggunakan obat dan biasanya diberikan madu, air hangat, sup ayam, multivitamin dan buah-buahan.

Beberapa penyakit infeksi bakteri yang sering dialami oleh masyarakat Indonesia adalah:

  • Diare

Diare termasuk infeksi yang menular. Dapat ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, kebiasaan buruk tidak mecuci tangan sebelum dan sesudah makan atau setelah menggunakan kamar mandi dan dapat ditularkan melalui air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Gejala diare seperti perut nyeri, demam tinggi, mual, muntah dan perubahan konsistensi tinja menjadi lebih encer dan berair atau meningkatnya frekuensi buang air besar. Diare dapat disebabkan oleh bakteri vibrio cholerae dan shigella dysentriae . 

  • Mycobacterium Tubercolosis (TBC)

Tbc merupakan penyakit infeksi menular dengan bakteri yang sangat berbahaya dan menyerang paru-paru. Menurut Badan Organisasi Kesehatan Dunia/ World Health Organization (WHO), TBC adalah salah satu dari 10 penyebab utama kematian secara global, menewaskan sebanyak 1,7 juta orang pada tahun 2016. Gejala TBC seperti batuk berdahak, jika parah bisa sampai berdarah, demam, nyeri dada, penurunan berat badan yang signiifikan dan gejala lainnya. Pada penderita TBC diberikan vaksin yaitu vaksin BCG.

  • Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan peradangan pada kantung udara (alveoli) disalah satu atau kedua paru-paru. Akibatnya, alveolus dipenuhi oleh cairan atau nanah, sehingga penderita sulit bernapas. Pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri streptococcus pneumonia. 

  • Difteri

Difteri adalah infeski bakteri berat yang menyebabkan pembentukan selauput lendir pada hidung dan tenggorokan. Bakteri penyebab difteri adalah corynebacterium diphtheriae. Penularan bakteri ini adalah melalui kontak langsung dengan pasien difetri atau melalui kontak dengan benda-bena yang terkontaminasi bakteri, seperti cangkir atau tisu bekas pasien. Gejala difteri yaitu demam menggigil, sakit tenggorokan, sesak napas, terbentuknya selaput tebal berwarna putih keabuan yang menutupi bagian amandel dan tenggorokan.

  • Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Infeksi pernapasan akut adalah infeksi yang mengenai saluran pernapasan dan dapat mengganggu fungsi pernapasan normal. ISPA dapat mempengaruhi saluran pernapasan atas (dari mulai hidung hingga bagian atas pita suara) atau pada saluran pernapasan bawah (dimulai dari bagian bawah pita suara dan berakhir di paru-paru). Perlu diketahui bahwa COVID-19 merupakan salah satu jenis penyakit ISPA. Beberapa bakteri penyebab ISPA adalah Streptococcus, Haemophilus dan Staphylococcus aureus dan juga bisa disebabkan oleh virus corona.

Data World Health Statistics menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian khusunya balita disebabkan oleh penyakit infeksi (seperti diare, pneumonia, campak, malaria) dan malnutrisi. Menurut UNICEF penyakit infeksi merupakan penyebab kematian utama. Dari 9 juta kematian pada balita per tahunnya di dunia, lebih dari 2 juta di antaranya meninggal akibat penyakit ISPA.

WHO melaporkan lebih dari 50% kasus penyakit infeksi berada di Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika. Dilaporkan, tiga per empat kasus penyakit infeksi pada balita berada di 15 negara berkembang.

Infeksi bakteri erat kaitannya dengan Antibiotik. Antibiotik bekerja dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagai salah satu jenis obat umum, antibiotika banyak beredar di masyarakat. Hanya saja, masih ditemukan perilaku yang salah dalam penggunaan antibiotika. Yang menjadi risiko terjadinya resistensi antibiotik, diantaranya: peresepan antibiotik secara berlebihan oleh tenaga kesehatan; adanya anggapan yang salah di masyarakat bahwa antibiotik merupakan obat dari segala penyakit dan lalai dalam menghabiskan atau menyelesaikan treatment antibiotik. 

Masyarakat tidak boleh membeli antibiotik sendiri tanpa resep dari dokter. Apabila sakit harus berobat di fasilitas pelayanan kesehatan dan juga antibiotik  harus diminum sampai tuntas dan teratur sesuai anjuran dokter.

Resistensi antibiotik terjadi saat reaksi bakteri terhadap antibiotika tidak sebagaimana harusya, sehinga antibiotika tidak ampuh lagi. Oleh karena itu, untuk mencegah hal tersebut antibiotik hanya perlu diresepkan hanya untuk kasus yang fatal/ serius. Jika masalah resistensi antibiotik tidak segera ditangani, para pakar memperkirakan bahwa pada tahun 2050, lebih kurang 10 juta orang di dunia meninggal karena resistensi antibiotik.

Resistensi antibiotik mengakibatkan biaya kesehatan menjadi lebih tinggi karena penyakit lebih suli diobati, membutuhkan waktu perawatan yang lebih lama dan membawa risiko kematian yang lebih besar. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencatat adanya 700.000 kematian per tahun akibat resistensi antibiotik tahun 2013. Tahun 2015 diperkirakan jumlahnya jadi 10 juta kematian per tahun. Di Indonesia, diperkirakan 135.000 orang meninggal per tahunnya karena resistensi antibiotik.  

Masalah resistensi antibiotika ini berkembang menjadi ancaman serius terhadap keamanan global, ketahanan pangan, serta tantangan pembangunan berkelanjutan dengan dampak yang signifikan terhadap stabilitas ekonomi. Tidak hanya mengancam manusia, resistensi antibiotika juga mengancam hewan dan tanaman. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan one health yang melibatkan sektor kesehatan, pertanian (termasuk peternakan dan kesehatan hewan) serta lingkungan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun