Sebab 'penundaan' tidak hanya menyiratkan 'diam'. Dalam memberikan tanggapan (respon) terhadap sebuah peristuwa, banyak tahapan yang kita mesti lalui. Penundaan sebelum simpulan setidaknya akan memperbaiki basis logis dari argumen yang kita ajukan.
Alasan itulah yang membuat Wittgenstein menyarankan kita untuk diam dan tidak mengomentari sesuatu yang datanya tidak kita cerap secara utuh.Â
Ibnu Rusyd pun dalam Tahaafut At-Tahaafut-nya menyentil kita bahwa bagaimana mungkin kita bisa meyakini simpulan yang diolah nalar kita sedangkan kita sendiri cenderung untuk mengabaikan sesuatu yang tidak kita ketahui atau bahkan tidak ingin ketahui?
Baginya, kemampuan yang kita selalu banggakan tidak lebih penggambaran akan ketidakmampuan kita sendiri. Tiap peristiwa tidak menjamin fakta, klaim benar-nya pun masih relatif terhadap kemampuan subjek mengolah nalarnya.Â
Dengan demikian, fakta yang benar tidak melulu bisa diklaim sebagai sebuah bentuk kebenaran.