Mohon tunggu...
Azwar Abidin
Azwar Abidin Mohon Tunggu... Dosen - A humble, yet open-minded wordsmith.

Faculty Member at FTIK, State Islamic Institute of Kendari. Likes Reading, Drinks Coffee.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Benar Versus Kebenaran, Fakta di Pusaran Interpretasi

15 Oktober 2019   13:55 Diperbarui: 16 Oktober 2019   04:38 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Kita pun dapat membangun struktur argumen yang lebih matang dengan memerhatikan persepsi orang lain dan tidak membiarkan asumsi mengendalikan putusan kita. Kebenaran mungkin saja terserak di antara kepingan pluralitas yang menunggu kita merangkainya lewat dialog.

Fakta atau Interpretasi?

Jika klaim benar merupakan ranah individual, lalu apakah fakta harus dipersepsi secara berbeda oleh individu yang berbeda pula? Bagaimana jika yang kita peroleh dan anggap sebagai fakta hanya merupakan interpretasi kita saja? 

Nah, perlu dipahami bahwa fakta itu sendiri punya klasifikasi yang menuntut kita memberi tanggapan yang berbeda pula. Ada fakta yang kukuh hingga fakta yang cukup kita anggap sebagai common sense sebab untuk menulusurinya, butuh kecakapan tertentu.

Sebagai contoh, cinta ibu ke anak-anaknya merupakan fakta kukuh yang bahkan kita terus pertahankan dan bela mati-matian. Munculnya fakta ibu yang menyiksa anak-anaknya tidak dapat menafikan pernyataan sebelumnya. 

Justru, pernyataan kedua tanpa perlu pendalaman investigasi langsung dapat kita pastikan sebagai perbuatan yang keji. Kebajikan selalu dapat dimaklumi seperti kejahatan harus selalu dikutuk.

Demikian pula dengan fakta common sense yang dikaji dan didalami oleh kalangan tertentu saja. Kita memercayakan klaim benar terhadap fakta itu pada orang-orang yang punya ketertarikan dan semangat tertentu namun tetap mengawasi basis logis dari argumen-argumennya. 

Sebab jika tidak, pernyataan yang lahir dari simpulan klaim benar itu bisa menyesatkan dan memalingkan fokus dari pokok esensialnya. Sebagai contoh, simpulan pada pernyataan berikut:

Guru honorer tidak seharusnya merisaukan gaji, berapapun yang diberikan terima saja. Pengabdian untuk mencerdaskan bangsa akan berbalas surga.

Fakta-fakta berikut kita beri klaim benar: adanya guru honorer, mereka merisaukan gaji, mereka melakukan pengabdian, mereka mencerdaskan bangsa, dan setiap pengabdian berbalas surga. 

Menilik dari analisis Differance-nya Jacques Derrida saja, fakta-fakta yang terangkum dalam proposisi-proposisi yang diajukan saling menafikan. Sehingga klaim benar itu meski sesuai fakta tetap tidak dapat dijadikan rujukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun