Mohon tunggu...
Azwar Abidin
Azwar Abidin Mohon Tunggu... Dosen - A humble, yet open-minded wordsmith.

Faculty Member at FTIK, State Islamic Institute of Kendari. Likes Reading, Drinks Coffee.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bangga Mewarisi Bahasa Daerah, Bangga Mewarisi Identitas Budaya Kita

14 Agustus 2019   20:56 Diperbarui: 14 Agustus 2019   21:05 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olah pribadi dari pixabay.com

Oliver Wendell Holmes justru mengungkapkan bahwa setiap bahasa merupakan sebuah kuil tempat jiwa penutur bahasa itu bertapa. Hal ini menunjukkan bagaimana bahasa mengurai pikiran untuk diekspresikan menjadi produk budaya. Dari proses kontemplasi itu, lahirlah ritual, musik, lukisan, hingga puisi. 

Identitas merupakan hal yang menyatukan suatu komunitas dan menjadi ciri khasnya. Identitas menjelaskan karakteristik yang membedakan mereka dengan komunitas lainnya. Dengan meluasnya penyebaran penduduk dan pernikahan antar suku/ ras, ciri fisik yang selalu menjadi tolok ukur karakteristik suatu komunitas tidak lagi menjadi hal utama. Sehingga  karakteristik identitas seseorang biasanya dilihat dari model cara berpakaian, kepercayaan, ritual yang dipraktekkannya, dan yang paling jelas di antara semua adalah praktek berbahasanya. 

Bahasa Sebagai Repositori Sejarah 

Sebuah kata dapat pula menjadi artefak dari sebuah rentang sejarah. Terutama dalam konteks interaksi sosial. Warisan sejarah dari satu kata, dipadukan dengan ribuan kata lainnya, belum lagi ditambahkan konsep dari kata, ungkapan, metafora dari bahasa lainnya, seperti klaim Vjaceslav Ivanov seorang penulis berkebangsaan Rusia, akan mampu menghasilkan pemikiran brilian berikut dengan kemungkinan-kemungkinan lainnya yang masih di luar dugaan kita. Kemampuan ini semakin memperkaya ekspresi individual dalam membangun identitas pribadi maupun komunitasnya pada taraf tak terhingga. 

Sebuah bahasa merangkum sejarah dari penuturnya. Sehingga Ralph Waldo Emerson menyatakan bahwa bahasa dapat dianggap sebagai arsip suatu periode sejarah. Bahkan, bahasa yang punya tradisi tulis mengungkapkan banyak hal selain model kehidupan komunitas di suatu periode sejarah. Bahasa itu dapat memberi petunjuk bagi kajian filologis maupun akar kekerabatan bahasa sehingga dapat menjelaskan hubungan kekerabatan suatu bangsa dengan bangsa lainnya. 

Lalu bagaimana dengan bahasa yang tidak mengenal tradisi tulis? Uniknya, bahasa ini pun punya teknik linguistik yang cukup rumit untuk mewariskan catatan sejarah bangsa mereka ke generasi berikutnya. Biasanya, ini dipraktekkan oleh para pendongeng dan tetua yang dianggap sebagai figur bijak di komunitasnya. Para penutur kisah-kisah ini tahu bagaimana membuat pendengar mereka terpaku dengan apa yang sedang mereka sampaikan. 

Hal yang unik di tiap komunitas lokal itu adalah pandangan mereka tentang alam semesta. Hampir seluruh komunitas lokal punya  cerita yang berusaha menjelaskan bagaimana alam semesta ini menjadi ada. 

Ada yang menceritakan kura-kura besar yang membawa bumi hingga dewa-dewi langit yang mengurus perkara tertentu di permukaan bumi ini. Terlepas dari dapat tidaknya cerita tersebut dibuktikan, hal itu menuntun kita pada serpihan kecil dari teka-teki tentang bagaimana manusia memaknai hidup di tradisi berbeda. 

Suatu cerita tidaklah cukup untuk membentuk suatu pandangan dunia. Dibutuhkan akumulasi cerita baik mitos maupun legenda dari beragam latar belakang budaya. Malahan, seluruh produk budaya yang begitu banyak itu tidak dapat dirangkum dalam sebuah kata "warisan" dari peradaban dunia. Masih begitu banyak pengetahuan dan ritual budaya yang belum didokumentasikan dengan baik; termasuk simbiosis mutualisme penduduk lokal dengan ragam fauna dan flora di lingkungan tinggalnya. 

Post-Note

Ekspansi bahasa dan budaya asing yang menunggangi media sosial atau karya seni seperti K-Pop yang digandrungi banyak generasi sekarang mesti disaring dengan seksama. Kita dapat mempelajari bahasa dan budaya lain untuk memperkaya khazanah pengetahuan kita dalam memaknai hidup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun