Mohon tunggu...
Azwar Abidin
Azwar Abidin Mohon Tunggu... Dosen - A humble, yet open-minded wordsmith.

Faculty Member at FTIK, State Islamic Institute of Kendari. Likes Reading, Drinks Coffee.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bangga Mewarisi Bahasa Daerah, Bangga Mewarisi Identitas Budaya Kita

14 Agustus 2019   20:56 Diperbarui: 14 Agustus 2019   21:05 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olah pribadi dari pixabay.com

Dengan demikian, proses penerjemahan hanya akan berhasil jika dua komunitas sosial atau lebih berbagi praktek atau ritual yang sama. Jika tidak, usaha penerjemahan itu hanya sebatas upaya untuk mengerti gambaran umumnya bukan memahaminya secara utuh. 

Namun proses itu tetap harus diapresiasi. Sebab usaha untuk mengerti narasi budaya lain adalah langkah awal untuk menentukan putusan logis dalam menentukan bagaimana kita menjalani hidup. Keragaman budaya itu tidak hanya menyediakan opsi namun juga suatu pandangan yang dengannya kita bisa melihat pengalaman hidup sebagai sesuatu yang berharga. 

Pentingnya Revitalisasi Bahasa Daerah

Banyak yang menduga bahwa hilangnya bahasa daerah yang berujung pada penggunaan satu bahasa universal baik bagi iklim persaudaraan umat manusia. Sehingga hal tersebut tidak perlu didramatisasi sebagai sebuah tragedi. Menara Babel, dalam mitologi klasik itu, mesti kembali dibangun agar manusia terhindar dari konflik akibat terlalu banyak bahasa yang harus kita dengar. 

Benarkah demikian? Jika persatuan dan solidaritas global umat manusia sebagai jalan menuju perdamaian ditempuh dengan menyeragamkan bahasa, bahasa mana yang akan digunakan? Bukankah usaha itu sendiri akan mengantar kita kepada konflik yang sebenarnya tidak perlu ada? 

Sekali lagi ditegaskan bahwa bahasa merupakan manifestasi intelektual manusia yang secara khas mencerminkan pandangan hidup individu. Manifestasi intelektual tersebut akan mewujud sebagai ideologi, agama, konsep nasionalisme, dan sebagainya dalam perkembangannya seiring waktu. Tentunya menyatukan berbagai pandangan itu akan mengundang banyak debat dan saling klaim hak istimewa. Sejarah mencatat, hal ini justru menjadi akar dari segala konflik kemanusiaan yang ada. 

Imperialisme dan kolonialisme dulunya pernah menjadi pintu bagi suatu bahasa menjadi lingua franca; bahasa yang memfasilitasi komunikasi lintas bangsa. Bangsa imperialis maupun bangsa kolonial yang memaksakan status lingua franca menjadi bahasa nasional di bangsa jajahannya justru mendapati respon lebih keras dari  penduduk lokal. 

Di masa sekarang, kondisi di mana suatu bangsa menjadi multilingual; memahami lingua franca untuk kerjasama global, bahasa nasional untuk stabilitas politik dalam negeri, dan bahasa daerah sebagai identitas bangsa menjadi kondisi paling ideal. Dari keberagaman praktek berbahasa itu, justru masyarakat global mampu membangun kerjasama, saling memahami, namun menguat jati diri kebangsaannya masing-masing. 

Pemaksaan ideologi, agama, dan paham yang punya tendensi menggeser tradisi lokal hingga memarginalkan suatu bahasa daerah dapat dianggap sebagai eksploitasi kultural. Ideologi mesti mengasah diri lewat implementasi ide di suatu praktek sosial tertentu, bukan malah menjinakkannya. Iklim implementatif itu yang memungkinkan suatu ideologi dapat berkembang dan menyesuaikan diri. 

Agama pun mengatur hubungan harmonis dengan sesama makhluk hidup dan lingkungan penopang kebutuhan hidup sehingga eksploitasi doktrin agama terhadap praktek kreasi budaya justru menafikan kekuasaan Sang Pencipta dalam kreasi penciptaanNYA. 

Islam, secara khusus, menegaskan hal ini di Surah Al-Hujuraat ayat 13 yang menegaskan bahwa Allah SWT menciptakan beragam suku dan bangsa agar jalinan komunikasi dan saling memahami dapat terwujud. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun