Mohon tunggu...
Azwar Ramadhana
Azwar Ramadhana Mohon Tunggu... -

seorang pembelajar berkelanjutan (a continuous learner)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Agama, Terorisme dan Kekerasan

1 April 2015   09:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:42 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bergulirnya berbagai isu yang mewartakan kekerasan atas nama agama terus diangkat dan disorot oleh media baik nasional maupun internasional. Mulai dari perang saudara di negara-negara Timur Tengah hingga aksi-aksi brutal organisasi yang menamakan diri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Banyak orang semakin mempertanyakan apakah benar agama itu mengajarkan pemeluknya untuk saling membunuh satu sama lain yang berbeda pendapat? Apakah agama menghalalkan darah manusia lain yang berbeda agama? Apakah kekerasan adalah cara terbaik yang Tuhan ajarkan untuk mengingatkan manusia untuk menyembahNya? Berbagai pertanyaan tersebut akhirnya menyisakan bermacam kesimpulan hingga beberapa manusia tak lagi percaya akan keberadaan agama maupun Tuhan itu sendiri.

Salah satu hal yang tengah ramai di Indonesia pun adalah aksi terorisme terkait perekrutan anggota ISIS. Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk beragama Islam terbanyak menjadi target perekrutan anggota. Jumlah rakyat yang banyak ditambah dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan agama yang rendah menjadi sasaran empuk ISIS melebarkan sayap di Indonesia. Hanya dengan iming-iming harta dan/atau janji mendapatkan surga atas nama jihad, mudahlah para pemuda labil ini mengambil keputusan untuk bergabung dengan ISIS. Terlebih lagi dengan mudahnya penyebaran informasi dan ideologi yang diiringi tingginya tingkat aksesibilitas pemuda Indonesia pada internet semakin memperlancar agenda ISIS merekrut pemuda-pemuda Indonesia.

Akhirnya, pemerintah Indonesia pun mengambil tindakan represif melalui pemblokiran situs-situs yang dianggap menyebarluaskan paham radikalisme. Alih-alih meredam terorisme dan paham radikalisme, langkah pemblokiran ini menuai pro kontra karena dinilai membungkam situs-situs yang menyebarkan ajaran Islam. Hal ini semakin membuat orang-orang bertanya, apakah Islam sebesar itu mengajarkan kekerasan, kebencian dan permusuhan sehingga situs-situs yang mengajarkan Islam harus dimatikan?

Mereka yang menamakan dirinya dengan Islam namun berlaku kekerasan hanya ada dua opsi: (1) munafik atau pembohong dan (2) bodoh tentang agamanya. Jika ia benar-benar memahami agamanya, membaca kitabnya maka sesungguhnya ia akan menemukan firman-firman Tuhan yang menyatakan bahwa Tuhan tidak menyamakan antara kejahatan (kekerasan) dengan kebaikan sebagaimana yang Ia nyatakan “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS Fushilat 34-35). Dari ayat tersebut apakah Tuhan menyatakan bahwa manusia harus berlaku jahat pada sesamanya? Atau membalas suatu kejahatan dengan kejahatan lain yang lebih besar? Bahkan dalam ayat itu Tuhan secara gamblang menyatakan kejahatan mutlak berbeda dengan kebaikan, lalu menganjurkan manusia membalas kejahatan dengan kebaikan. Jika ia mengaku berjihad atas nama Tuhan dan Islam, apakah mereka pernah membaca ayat ini?

Semoga setiap manusia yang membawa nama Tuhan dan agama atas pembenaran tingkah lakunya benar-benar telah memahami apa yang ia bawa dan dasarkan agar saat ia kembali pada Tuhannya pun ia mampu menjawab pertanyaan Tuhannya “Benarkah Aku menyuruhmu berlaku demikian?”

Wallahua’lam

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun