Sepenggal kalimat undangan di pesan WA dari sahabat yang saya ketahui dekat dengan orang besar di daerah ini sontak mengagetkan saya. "Mas lagi di kampung kan? Bapak mau ketemu malam ini pukul 09:00". Saya kaget. Artinya dua jam kemudian saya harus sampai di Painan.Â
Penasaran tingkat tinggi saya memuncak. Bagaimana sahabat ini bisa tahu saya sedang di kampung? Lalu apa kepentingannya saya dipanggil malam begini?.
Lalu saya menelepon nya. "Iya ada yang mau Bapak bicarakan dengan mas Slank" begitu jawaban singkat sahabat tersebut.
Memang sedari dulu dia memanggil nama nickname saya, Slank. Mereka yang memanggil dengan panggilan nickname tersebut, biasanya mereka sudah ada kedekatan yang baik dengan saya.
Tidak lama berfikir. Setelah menyelesaikan makan malam saya minta pamit ke ayah dan ibu sambil mengeluarkan kemeja putih lengan pendek dan celana jeans warna cream yang akan saya kenakan malam itu dari koper yang masih ditempeli label boarding pass salah satu maskapai penerbangan tanah air.
Setelah mengenakan pakaian tersebut saya bersihkan sepatu slip on saya kemudian saya hidupkan mobil sambil memeriksa alat tulis apakah masih ada dalam tas.
Malam itu langit berbintang.
Saya salami Ayah Ibu, lalu saya keluarkan mobil yang telah saya gantungkan cardigan warna hitam di belakangnya sebagai persiapan jika suhu udara berubah dingin.
Saya langsung tancap gas.
Saya atur kecepatan agak tinggi agar dapat sampai pada waktu yang telah ditentukan, karena saya akan menemui orang yang sibuk, dan orang yang mengundang saya tahu bahwa saya sudah terbiasa dengan budaya Jepang yang tepat waktu.
Dalam perjalanan, kaki saya menginjak gas otak dalam kepala saya terus bekerja, memikirkan kenapa saya di panggil? Mengapa harus sekarang? Apa hubungannya pekerjaan saya dengan kesibukan beliau?.Â