Mohon tunggu...
Azmi Hardi Roza
Azmi Hardi Roza Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ingin menjadi ayah yang baik

Suka jalan kaki, suka makan pempek

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Selera Politik Jepang

22 September 2020   14:08 Diperbarui: 22 September 2020   14:17 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelum beraktivitas hari ini seperti biasa setiap pagi saya mencek media sosial. Di aplikasi yang popular saat ini saya menerima pesan dari sahabat yang di Jepang yang lebih senior dari saya beberapa tahun menuliskan informasi tentang profil perdana menterinya yang baru terpilih.

Kami berdua memang biasa saling bertukar informasi terkini, isu isu terbaru di masing masing negara. Memang saya dengan dia tidak ada ikat formal untuk saling bertukar informasi, tapi hal ini saling menguntungkan bagi kami untuk menggali lebih dalam terhadap isu isu terkini. Namun sahabat jangan khawatir kami berdua tidak terlibat dalam aktivitas shadow atau spy (ups, hahaha).

Saya tak sabar, saya langsung menelpon dan ingin mengumpulkan banyak informasi perihal data pemimpin baru Jepang ini dan isu isu terbarunya. Karena dia memang berasal dari rakyat biasa tanpa klan dan trah politik. Kok bisa ya,, menjadi pemimpin Jepang?

Yoshide Suga Perdana Menteri baru Jepang usia 71 tahun yang menggatikan Shinzou Abe terhitung 20 September 2020 ini, yang katanya langsung ditelepon Pak Trump sesaat setelah keterpilihannya itu.

Seketika itu juga bursa saham di beberapa negara Asia meroket.

Pak Suga menang telak dalam pemungutan suara (senkyo/) di parlemen yaitu 314 dari total 462 suara yang sah.

Pak Suga sebelumnya adalah Sekrtaris Kabinet Jepang yang sekaligus menjadi Presiden Partai berkuasa Demokrat Liberal. Lahir sebagai anak petani strawberry jauh dari dunia politik Pak Suga memang sedari awal karirnya sudah menjadi sekutu Pak Abe. Bagi Pak Abe Pak Suga adalah seorang problem solver.

Pak suga memulai karir politik (seiji/) sejak lulus kuliah. Setelah lulus kuliah ia bekerja sebagai sekretaris anggota parlemen Partai Demokrat Liberal. Di usia 39 tahun ia terpilih menjadi anggota Dewan Kota Yokohama  (DPRD nya Indonesia).

Kemudian diusianya 48 tahun Pak Suga menjadi anggota Parlemen Jepang (DPR RI nya Indoensia). Diusia 57 oleh Pak Koizumi Perdana Menteri sebelum Pak Abe, Pak Suga dijadikan Wakil Menteri urusan dalam negeri dan komunikasi.

Ketika masa pemerintahan Shinzou Abe yaitu sebelum pengunduran dirinya yang pertama, Pak Suga diangkat menjadi Menteri Kabinetnya. Lalu pada masa pemerintahan Pak Abe yang kedua di usianya ke 64 tahun Pak Abe menjadikannya sebagai Sekretaris Kabinet.

Sekretaris Kabinet adalah posisi penting yang salah beberapa tugasnya adalah merumuskan, menganalisa, memberi pendapat sekaligus mengawasi pemerintah dalam setiap kebijakan yang diambil. Kalau di universitas kira kira posisi PR II nya lah.

Kurang lebih begitulah karir politik Pak Suga andalanya Pak Abe.

Dari usia muda Yoshide Suga sudah bersinggungan dengan dengan dunia politik. Sebenarnya hal ini sangat jarang di Jepang. Tidak banyak anak muda Jepang yang berkecimpung di dunia politik.

Jangankan mau bersinggungan dengan dunia politik orang -- orang muda Jepang membicarakannya pun sangat tidak tertarik. Baik dikalangan mahasiswa maupun kalangan anak muda yang langsung bekerja selepas lulus SMA mereka tidak punya bahan untuk membicarakan politik.

Yang ikut pemilihan dalam pemilu pun dari pemilih usia dibawah 20 tahun sangat sedikit sekali. Hal ini sudah berjalan bisa diperkirakan hampir puluhan tahun lalu.

Kemungkinan hal ini dikarenakan keadaan negara Jepang yang tenteram dan aman serat secara ekonomi juga stabil sehingga politik bukan masalah besar yang mesti dibicarakan oleh setiap lapisan masyarakat. Namun bukan berarti di Jepang tidak ada masalah dalam politiknya.

Jika diambil perbandingan dengan negara berkembangan seperti Indonesia politik memang menjadi topik menarik di segala lapisan masyarakatnya. Usia belasan sampai usia 70-an hal yang berbau politik selalu segar untuk mereka bicarakan dan menggebu gebu pula.

Hal ini dikarenakan kondisi negara yang sedang berkembang masih memerlukan banyak perbaikan di segala sisi agar menjadi negara mandiri sehingga politik selalu hal yang hangat sebagai bahan bahasan. Opini opini saja berseliweran di media sosial.

Mungkin karena dalam perbedaan ini raising star di bidang politik jepang hampir tidak ditemukan. Sebaliknya di indonesia raising star di bidang politiknya cukup banyak.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun