Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Derita Mak Utuy dan Kinanthi Pendaki Nan Baik Hati

20 April 2021   00:51 Diperbarui: 20 April 2021   01:06 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sambaran petir (istockphotos/mdesigner125)


Petir menggelegar tak henti-henti, awan bergulung gelap gulita menyelimuti puncak gunung Pangkur, malam itu. Dingin, Kampung Cituis, ujung aspal trek pendakian ke puncak, sungguh menggigilkan tulang.

Semua tertidur pulas, di malam Ramadan di rumah bilik bambu reot milik Abah Utuy. Termasuk rombongan pendaki pimpinan Bang Jagur, yang kali ini menyerah dilarang kuncen gunung itu naik ke puncak, disaat cuaca buruk dengan hujan tiada ampun. Mereka, lima pendaki muda tangguh, cepat  tertidur pulas karena kesal tak bisa melampiaskan hobi menjelajah alam. Juga karena lelah.

Hanya Emak Utuy yang tak bisa tidur malam itu, batuk seratus harinya tak kunjung berhenti, serak berdahak, juga membuat nafasnya tersengal-sengal. Makin malam, makin menderita, tubuh kurus nenek renta itu, hanya diselimuti kain jarik batik coklat yang rapuh. Sementara rumah beratap rumbia itu bocor disana sini. Air hujan menetes cepat jatuh ke tanah, karena tuanya lapisan ijuk di atap, juga karena hujan ekstrim dasyat yang tak berhenti seharian itu.

Ketika dengkur pendaki saling bersahutan dininabobokan orkestra hujan campur petir. Kinanthi tersentak bangun, karena gelegar bunyi petir yang keras sekali. Lalu saat gadis tangguh itu mencoba tidur lagi. Batuk Emak Utuy didengarnya tanpa henti.
Uhuk
Uhuk
Hoeek...


Begitulah, setiapkali Kinanthi mencoba tidur di bale bambu, matanya tersentak melek. Diganggu petir dan suara batuk nenek yang tiada kunjung mereda.

"Emak Utuy, Emak...,belum tidur ya?,"tanya Gadis itu setengah berbisik, kepada perempuan tua yang tidur sendirian di bale bambu pojok rumah. Sementara Abah Utuy, bila ada tamu rombongan pendaki yang menginap , memilih tidur di bale teras depan. Sambil ngobrol ngopi menemani tamu. Termasuk malam ini. Semua tertidur di teras luar. Kecuali Kinanthi dan Emak Utuy yang rebahan di ruang dalam rumah bilik itu.

"Kinanthi belum tidur ya, maaf, pasti terganggu suara batuk Emak,ya ?,"tanya tuan rumah lemah lembut, walaupun kelihatan payah dan lemah.
"Nggak apa apa Mak, suara petir keras, dan tidak berhenti-henti, untung tadi kami ditahan naik keatas sama Abah. Bisa repot diatas. Emak mau minum air hangat, ya ?," bujuk Kinanthi sambil mendekati Tubuh perempuan kurus itu, dan mengelus tangannya, menghibur.

"Janganlah, sudah, merepotkan kamu, sudah malam...,"cegah tuan rumah tidak enak hati sambil menahan batuk dengan tangannya. Kinanthi bergerak cepat,mengambil termos jinjing air panasnya. Lalu menyodorkannya ke emak.


"Ini Mak, minum saja, tadinya persediaan teh manis panas, buat mendaki," jelas Kinanthi, sambil menyodorkan gelas yang terisi setengah gelas teh beruap yang diisi dari air termosnya. Sang Emak yang rambutnya sudah memutih semua itu,  menerima minuman itu. Lalu menyeruputnya pelan pelan.

Mukanya yang tadinya pucat pasi, sekarang kelihatan memerah lagi. Emak Utuy mencoba menghela nafas panjang. Dadanya yang tadinya nyeri,agak berkurang sakitnya, tapi batuknya belum berhenti juga.

Uhuk
Uhuk
Heeergh..
Emak memegang dadanya, kelihatan kesakitan. Kinanthi ingat dia membawa madu bernutrisi lengkap dengan anti oksidan. Lalu, sigap, ia keluarkan dari samping tas ransel hijaunya. Ada botol hitam berbunga kecil kecil, dibukanya flip penutupnya. Lalu disodorkan ke mulut si Emak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun