Menyesal aku tak sempat menyampaikan rasa dukaku langsung padamu, melihat gores luka batin yang menyobek bening bola matamu. Tangismu tak berkesudahan, kulihat dari teropongku.Â
Sementara speedboat-ku melaju kencang, meninggalkan pulau kecilmu yang manis, Sedanau. Percakapan kita tak tuntas, apakah engkau menginginkanku pergi, atau tetap disini. Menjaga, menjadi benteng pulau hatimu.
Sekarang kita terpisah ribuan mil laut, jutaan waktu. Tak mungkin, engkau, aku kembali ke masa itu. Maka ijinkan aku melemparkan pesan dalam botol tersumbat gabus ini yang kubuang ke laut. Semoga sampai ke pelukan tatapmu. Membasuh kesedihan tak berujungmu.
Kalian mau tahu apa isi pesanku buat dia yang pernah berarti, memenuhi ruang kosongÂ
hatiku ?
Hmm
Isi pesan dalam botol itu hanya, separuh coklat bekas gigitanmu yang tak pernah bisa kumakan habis, karena ingat bibir ranummu, ikat rambut rapuh dari pilinan rotan dan sapu tangan putih berenda bunga warna, disitu masih menempel noda lipstik merah ranum, bekas ciuman pertama kita.
Bagaimana mungkin kita bisa saling melupakan. Biar pun aku dilempar ke bulan atau dibenamkan ke dasar laut Cina Selatan sekalipun. Aku akan terus terapung, untukmu !.