Tetapi semakin mendekat, para rehabilitan yang menonton juga ikut mendekat dan membuat suasana tidak nyaman. Pelan - pelan ada perasaan takut dan gemetar yang menghentikan langkah anak laki - laki ini.
Tepat 10 meter, menjelang tubuh ayah kandungnya. Ono tak sanggup melangkahkan kaki lagi. Berat, nyalinya gemetaran melihat puluhan orang cacat merubung seperti itu. Kemudian diam - diam dia juga takut tertular Kusta Apabila ia bersentuhan dengan ayahnya yang cacat.
"Ono, ayo maju terus anak Ayah jangan takut, itu sungguh Ayah kandungmu ! ", teriak Ayah Felil dari belakangnya sambil mendekati anak lelaki yang gemetaran ketakutan.
"Jangan Felix. Jangan, biarkan Ono, nanti juga dia tahu sendiri. Ono ini bapakmu Nak, Rumedjo", kata Ayah itu sambil memgacungkan dua tangannya yang cacat. Menyambut kedatangan anaknya dari kejauhan.
Ayah Felix, mendekati Ono, yang berdirinya belum goyah, sebelum pingsan. Lelaki cekatan itu, menampung tubuh anak itu.
"Kak Rumedjo, ini anakmu Ono, dia ingin ketemu dirimu, tapi belum siap sepertinya. Gimana ini Kak?!", tanya Ayah Felix.
"Tidak apa, belum waktunya. Beri dia waktu. Terima kasih Felix kau rawat anakku Ono sehat, gagah dan berani. Terima kasih. Pulanglah, aku sudah bahagia melihat wajah anakku langsung",urai Ayah Rumedjo terbata.
Suasana demikian sunyi. Beberapa rehabilitan meneteskan air mata. Ayah Rumedjo berkaca - kaca. Ayah Felix, berurai air matanya. Beberapa tetes air matanya mengenai pipi anak mereka bersama yang pingsan.
Ono tidak tidur, pikirannya melayang - Â layang jauh kemana - mana. Ia seperti berenang dari rawa kecil menuju sungai lebar lalu menuju lautan luas.
*
(Kawan, apakah Ono terlalu lemah untuk mencoba bertemu ayah kandung Ono. Apa Ono mundur saja daripada terjangkit kusta?
Menurut kalian Ono harus bagaimana ?)