Entah angin dari mana, setan mana yang meniup - niup tujuh pemuda brutal itu berlaku jalang. Saat minum minuman keras. Alkohol merasuk, membuat akal sehat pergi, dan kegilaan.dimulai.
Di padang semak yang luas tak terkira, cerocosan muntahan kata mereka sungguh memalukan. Belum perilaku gila - gilaan gerombolan itu tidak masuk dalam nalar sehat.
Tak berapa lama, melintas seorang gadis kulit hitam, pencari kayu berambut keriting. Tanpa sebab musabab, karena rasa mabuk yang tak tertahan, maka anak malang itu mengalami siksaan luar biasa. Diseret kesana kemari, dipukul dan ditendang sepuasnya. Semakin keras rintihan sasaran, semakin gila mereka menyakiti korbannya, makin tergelak tawa liar itu.
Sakit.pedih, luka dan darah mengucur.deras. Di hati anak gadis itu hanya takut akan dekatnya aroma kematian yang dirasakan. Pun sesal mendalam karena memilih jalan pulang yang salah. Dia berdoa, semoga ada manusia yang menyelamatkannya. Atau bila tak ada, ia berharap ada hewan yang menyelamatkannya.
Siksaan pemuda bromocorah tak berhenti, dan seutas nyawanya nyaris putus. Dari kejauhan muncul.berderap segerombolan mahkluk coklat berkaki empat.
Geraman dan auman mereka membuat ketujuh pemuda berandalan itu lari lintang pukang ke tujuh arah mata angin ketakutan.
Rupaya yang datang, bukan rombongan hewan biasa, tapi gerombolan  singa gurun yang kelaparan.tapi keanehan terjadi, begitu para pengeroyok brutal itu lari.
Si anak gadis malang dengan.luka sekujur tubuhnya, keburu pingsan tak berdaya. Seekor macan betina yang paling besar diantara gerombolan itu. Mendekati.korban yang mudah.dalam situasi biasa, seonggok daging berdarah yang pasrah adalah santapan.mudah. Sekali gigit sekali telan.
Ajaibnya singa yang menjulurkan lidah, mulut terbuka. Justru menjilati luka si gadis malang, bukan memakannya, sampai darah yang.mengucur dari lukanya berhenti.
Tidak hanya itu, Â singa - singa gurun itu tiarap santai melingkari tubuh si gadis, seperti pasukan menjaga komandannya yang terluka.
Dipimpin singa jantan berbulu coklat rumbai. Kharismatis.
Hampir setengah hari, gerombolan hewan buas ini menjaga si gadis malang. Sampai datang sekumpulan tukang angon membawa sapi pulang kandang.