David bersyukur akhirnya ia dapat dana misi internasional memotret monyet di pulau tak bernama, Â di wilayah Indonesia. Â Sepertinya itu pekerjaan mudah, karena sejak perahu speedboat-nya mendarat di pulau itu, monyet menyambutbya seperti artis saja.
Maka ribuan jepretan aksi monyet kecil besar, Â sendiri, Â berkelompok. Â Di tanah atau di pohon dia abadikan habis. Semua komposisi dan sudut pengambilan sudah dia coba. Apalagi jam terangnya sebagai fotografer sudah cukup tinggi.
Lelah, Â akhirnya bule ini tidur nyenyak diatas tempat tidur kain ayunnya, Â yang dia ikat diantara dua pohon besar. Â Sambil merangkul kamera didadanya menunggu momen aksi monyet terbaik.
Tak berapa lama ia terbaring pulas. Pegangan pada kameranya melemah, Â saat itulah sepasang tangan berbulu mengambil alat kesayangannya tanpa ia sadar. Â Cukup lama ia tertidur.
Lalu saat sore ia terbangun. Â Bingung, saat ia menyadari kameranya tak ada dalam pelukannya.
Untunglah setelah menengok kanan kiri, alat bidik gambar canggih itu ia temukan, tergeletak di dekat pohon tambatan tempat tidurnya. Syukurlah.
David masih bertahan. Sepekan lagi di pulau surga monyet khatulistiwa itu, Â tapi kali ini entah mengapa, Â ia merasa belum menemukan foto master piece yang dia inginkan dari perburuan disitu.
Akhirnya dia harus pulang ke tanah airnya di belahan bumi eropa sana. Setelah ia mengedit cermat. Â Akhirnya didapat beberapa foto yang kualitasnya bintang.
Tapi ada satu foto, close up monyet yang amat bagus tapi diambil dari kanopi daun pohon tertinggi. Seingatnya, dia tak pernah memanjat begitu tinggi, apalagi bisa memotret monyet liar begitu dekatnya.
Meski bingung, Â ketika ada lomba foto dunia hewan. Â David mengirim juga foto monyet close up itu. Tak dinyana ia mendapat juara pertama, dan mendapat hadiah uang satu juta euro. Lumayan.
Baru saja, Â ia hendak mendepositokan hadiahnya buat dana pensiun sebagai fotograger.
