Mohon tunggu...
Aziz Nugraha
Aziz Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa yang gemar melakukan kajian riset dan penelitian yang sedang tren di masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Efektifitas BTS-T (Book To Speech-Therapy) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak-anak Penderita Dyslexia

26 Mei 2022   17:29 Diperbarui: 26 Mei 2022   18:39 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


BTS- T ( Book To Speech-Therapy) : Penerapan Artificiall Intelligent Technology, Untuk membantu meningkatkan kemampuan membaca anak-anak penderita Dyslexia.

Oleh : Aziz Nugraha, Mahasiswa D3 Keperawatan, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga

Saat ini proses pendidikan terdiri dari siklus kegiatan yang berkesinambungan, dimana tidak hanya inovasi pembelajaran yang baru, dan beragamnya pengembangan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap, tetapi juga keterampilan dari bidang teknologi sangat diperlukan untuk menunjang kehidupan di era modern saat ini (Ruben Jeronime Yedra, 2022). Pendidikan yang erat kaitannya dengan pembentukan kualitas moral dan SDM, menjadi simbol penting dalam dunia pendidikan. 

Hal ini menjadikan pendidikan sebagai strata yang penting bagi masyarakat dalam menjalin kehidupan sosialnya. Kesetaraan di dalam dan di luar kelas merupakan tantangan yang telah lama dipertimbangkan oleh sistem pendidikan. Dimasukkannya usulan penyandang disabilitas atau yang tidak terkait dengan disabilitas ke dalam pendidikan reguler telah memicu serangkaian perubahan pengajaran di mana perlu untuk mengetahui secara pasti apa kekurangan yang dimiliki siswa agar dapat menyesuaikannya dengan sistem pendidikan saat ini (Yenchong, 2020).

Inklusi pendidikan adalah faktor yang paling penting untuk dipertimbangkan oleh semua pemangku kepentingan. Oleh karena itu, selalu ada kebutuhan untuk menganalisis bagaimana hal ini dapat dilakukan dengan cara tidak mengecualikan apa pun dalam konteks yang berbeda. Lebih dari itu, sekolah perlu menjadi ruang untuk mengembangkan hubungan interpersonal, di mana rasa hormat dan penerimaan orang lain dipromosikan, dan yang menawarkan situasi yang menguntungkan tidak hanya yang disertakan, tetapi mereka juga menjadi bagian dari sebuah inklusi (Carrion Macas, 2019).

 Banyak orang memiliki kebutuhan pendidikan khusus seperti disleksia, yang menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V) adalah istilah alternatif yang digunakan untuk merujuk pada pola kesulitan belajar yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengidentifikasi kata dengan benar atau menjadi fasih , kesalahan ejaan dan kemampuan mengeja yang buruk (Psiquiatria, 2021). Teknologi telah membawa banyak perubahan besar dalam bidang produksi, dengan implikasi ekonomi, budaya, psikososial dan pendidikan.

Dalam hal ini TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dapat berfungsi sebagai sumber perantara di kelas dan telah muncul sebagai alat pendukung akademis penting yang mengumpulkan pengetahuan dan memperkuat keterampilan dan kompetensi mereka yang terlibat. Peran baru yang harus diterapkan oleh guru dan siswa di kelas adalah mengadopsi dan menerapkan TIK ke dalam proses pendidikan, untuk menciptakan lingkungan yang bertujuan meningkatkan model pengajaran dan paradigma praktik (Armas, 2020). Dalam hal (Martinez, Calzada, & Garcia Sandoval, 2018) menyebutkan bahwa integrasi TIK dalam proses belajar mengajar berarti bahwa, adaptasi sangat penting dalam lingkungan dan kebutuhan pendidikan yang kita hadapi. Fakta membuktikan bahwa TIK sangat berguna dalam bidang pendidikan umum, terutama bila digunakan dengan orang-orang dengan kebutuhan pendidikan khusus (seperti penyandang disabilitas, dyslexia dan lain sebagainya, yang dapat meningkatkan pembelajaran, sosialisasi, pengembangan dan adaptasi yang lebih baik terhadap lingkungan tempat mereka tinggal. Untuk itulah pendekatan yang baik,perlu diterapkan untuk membantu meningkatkan psikomotorik dari penderita dyslexia, yaitu dengan terapi bermain. Dalam jangka lama, permainan telah menjadi bentuk bimbingan dan pendidikan di antara manusia, serta latihan dasar untuk memahami bagian dari doktrin sosial yang diberikan kepada anggotanya oleh budaya yang berbeda. Mereka dianggap sukarela dan pada dasarnya adalah kegiatan sosial di mana satu orang berhubungan dengan orang lain dan mempelajari nilai dan norma perilaku.

Sebagai strategi permainan, permainan dapat membimbing partisipasi aktif siswa. Kreasi yang dirancang dapat memungkinkan anak memberi makna pada alam dan dunia sosial di sekitar mereka, serta sumber pembelajaran dan strategi penelitian untuk memahami dunia fisik dan masyarakat yang lebih kompleks. Hubungan, distribusi waktu dan lingkungan pengajaran (Cordoba, Lara, & Garcia, 2017). Permainan didaktik sebagai salah satu bentuk pendidikan inklusif dapat meningkatkan motivasi  mereka yang berpartisipasi di dalamnya meningkatkan tugas yang mereka lakukan pada saat itu dan mencapai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kursus studi atau mata pelajaran tertentu; oleh karena itu poin utamanya adalah untuk menunjukkan bahwa kegiatan fokus pada peningkatan kinerja siswa (Montero Herrera, 2017). Sekolah atau hasil belajar secara dinamis bereaksi terhadap proses pembelajaran.

Dalam hal ini (Martinez, Calzada, & Garcia Sandoval, 2018) Menekankan bahwa integrasi TIK dalam proses belajar mengajar berarti bahwa adaptasinya sangat penting untuk lingkungan dan kebutuhan pendidikan yang dihadapi. Bukti menunjukkan bahwa TIK  berguna di sektor pendidikan umum terutama bila digunakan oleh orang-orang dengan kebutuhan pendidikan khusus (seperti mereka yang kesulitan mencetak) dapat mendorong pembelajaran yang lebih baik sosialisasi pengembangan dan adaptasi yang lebih baik terhadap lingkungan tempat mereka tinggal. Permainan telah lama menjadi bentuk orientasi dan pendidikan  manusia serta latihan mendasar dalam memahami bagian-bagian dari doktrin sosial yang ditawarkan kepada anggotanya oleh budaya yang berbeda. Mereka dianggap sukarela dan pada dasarnya adalah kegiatan sosial di mana satu orang berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari nilai dan norma perilaku. Selain itu dalam perspektif kebudayaan, pendidikan penting bagi kemajuan peradaban suatu bangsa. Hal ini disebabkan oleh karena kemajuan bangsa salah satunya ditinjau dari segi kualitas pendidikan yang dimiliki oleh sebuah negara (Gutierrez Duarte & Ruiz Leon, 2018). Oleh karena itu, tidak sedikit masyarakat berusaha memperbaiki kualitas pendidikannya, demi tercapainya tujuan yang diinginkan selama ini. Selain itu, pemerintah berusaha untuk memberikan dukungan fasilitas yang memadai untuk mendukung kelancaran proses pendidikan. Dalam prosesnya, meningktakan kualitas pendidikan suatu negara seringkali terjadi miss conception masyarakat bahwa hanya orang yang normal dan tidak berkebutuhan khusus saja yang dapat diberikan kesempatan pendidikan.

Hal ini,tentunya menjadi tantangan yang harus ditemukan solusi nya oleh pemerintah, agar pendidikan dapat dijangkau oleh semua kalangan, tanpa  memandang latar belakang yang dimiliki. Oleh karena itu, pemerintah melalui UUD NRI Tahun 1945 Pasal 28 C ayat 1 menjelaskan bahwa Setiap orang berhak atas pembangunan melalui pemenuhan  kebutuhan dasar  hak pendidikan dan  kepentingan ilmu pengetahuan dan teknologi seni dan budaya  peningkatan kualitas hidup dan kebahagiaan umat manusia. Dalam bidang pendidikan, konsep kebutuhan pendidikan khusus sering digunakan untuk membedakan semua siswa yang memiliki kesulitan dalam belajar dan mencapai tujuan akademiknya, dimana mereka perlu menerima bantuan dan dukungan khusus dalam konteks pendidikan yang paling dinormalisasi (Moreno, 2018).  Demikian pula pasal 5 UU No.20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional menjamin pelaksanaan hak atas pendidikan oleh warga negara tanpa kecuali atau  diskriminasi. Hak atas pendidikan ini juga berlaku untuk kebutuhan khusus termasuk anak-anak dengan beberapa kesulitan belajar (Indriastuti, 2015). Untuk itulah, dalam penulisan artikel ilmiah ini, penulis memfokuskan penulisan artikel, untuk meningkatkan kemampuan membaca anak-anak penderita dyslexia dengan menggunakan terapi BTS-T (Book To Speech-Therapy) berbasis audio book yang diaktualisasikan dalam sebuah buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun