Mohon tunggu...
Abdul Aziz AH
Abdul Aziz AH Mohon Tunggu... -

selalu akan menyapamu, meskipun dengan senyum.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lunturnya Budaya Diskusi

8 Juni 2013   17:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:20 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada magnet yang menarik begitu kuat dan berusaha menghilangkan hasrat belajar kebanyakan mahasiswa, sangat ironi; identitas mahasiswa yang dimahkotakan sebagai kaum kritis, transformatif, dan inspiratif tiba-tiba disulap menjadi pengidola budaya pop, peniru trend, dan pengekor fashion, mahasiswa menjadi pemuja kabanalan. Kebiasan ini memenuhi seluruh aktivitas mahasiswa dari budaya kampus, sampai ruang interaksi diluar kampus, kehadiran dan konsisten mengerjakan tugas bukan kerena memenuhi tanggung-jawab kemanusian tapi karena sistem yang mengaturnya agar patuh.

Fenomena perkuliahan yang menemui ironi ini, mengindikasikan lenyapnya budaya intelektual dikalangan mahasiswa, tradisi keilmuan yang biasanya tumbuh subur dikampus, sekarang hampir menjadi tanah mati, tanah yang sama sekali tidak bisa menumbuhkan, kenapa? Karena tidak ada yang merawatnya, perhatian mahsiswa telah dialihkan kebudaya banal, tidak mengherankan kalau mahasiswa lebih senang membicarakan mode dari pada mengomngkan masa depan dunia-kehidupan.

Tidak Adanya Minat Diskusi

Ruang diskusi seperti kuburan, tidak ada gagasan baru yang berjejalan keluar kepermukaan, ini juga menjadi indikasi tiadanya atensi pada dialektika pengetahuan. Justru parahnya Ada dua kebiasan yang dilakukan sering dilakukan ketika diskusi, pertama, mengobrolkan masalah lain dengan teman sekitar ditengah diskusi yang sedang berlangsung, kedua, FB-an, Twitter-an, dll. Menunjukkan mesnahnya budaya mendengar sebagai alat menuju "tahu".

Pada tahun 2011 atas inisatif teman-teman berdiri ruang diskusi yang menjadi salah satu program IAN (Ikatan Alumni Nasy'atul Muta'allimin), tahun 2012 kemaren juga teman seangkatan di sosiologi'11 mendirikan Altar Wacana sebagai ruang diskusi dan berkreatifitas. Melihat kehadiran teman-teman, semakin menebalkan pesimisme, bahwa kesakralan kampus telah hilang, dimakan zaman!

Terima Kasih!
08-06-2013

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun