Mohon tunggu...
Azizatul Liyanti
Azizatul Liyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Emosi Prososial pada Anak Usia Dini

30 November 2022   22:08 Diperbarui: 30 November 2022   22:16 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Definisi Emosi Prososial

Emosi sosial adalah salah satu emosi yang berperan dalam perilaku atau kontak sosial. Emosi sosial juga bisa disebut sebagai perilaku yang dapat menguntungkan orang lain, seperti membantu, mendukung, berbagi, menghibur yang sedih dan lain-lain. 

Dengan demikian, tindakan prososial dapat dilihat sebagai tindakan yang dimaksudkan untuk membantu atau membantu orang lain tanpa ada motif di balik membantu orang lain. 

Dalam hal ini, tindakan prososial seseorang tidak mengharapkan imbalan, baik imbalan berupa materi maupun sosial, tetapi tindakan prososial ini merupakan tindakan menolong secara sukarela yang membutuhkan pengorbanan besar dan penuh motivasi.

Menjelaskan bahwa empati berkaitan dengan perilaku sosial seseorang. Pada dasarnya, empati adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan perasaannya atau mewujudkan gagasan sosialnya ke dalam perilakunya atau sebaliknya. 

Sedangkan menurut Hurlock, empati adalah kemampuan individu untuk memahami perasaan dan emosi orang lain dan kemampuan seseorang untuk membayangkan diri sendiri dalam situasi orang lain. 

Seseorang dapat dikatakan berperilaku sosial jika ia membantu atau memberikan hal-hal yang positif kepada orang lain tanpa ada motif dibaliknya. Ini termasuk saling membantu atau saling mendukung, menghibur orang yang dicintai, persahabatan, tindakan penyelamatan, pengorbanan, kemurahan hati, gotong royong dan lain-lain.

Secara garis besar, perilaku prososial adalah perilaku yang dimaksudkan untuk memberi manfaat bagi orang lain. Secara khusus perilaku prososial adalah perilaku yang mencakup tindakan-tindakan yang bersifat berbagi, gotong royong, suka menolong, jujur, dermawan dan termasuk yang mempertimbangkan hak dan kebahagiaan orang lain. Aspek perilaku pro-sosial meliputi:

  • Berbagi

Bersedia berbagi perasaan dengan orang-orang yang berada dalam suasana suka maupun duka.

  •  Kerja sama

Bersedia bekerja sama dengan individu/kelompok lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

  • Menolong

Kesiapan pribadi untuk membantu mereka yang membutuhkan.

  • Bertindak jujur

Melakukan segala sesuatu tanpa ada kecurangan.

  • Dermawan

Bersedia memberikan sesuatu baik barang maupun jasa kepada orang yang membutuhkan.

  • Persahabatan

Membangun hubungan yang lebih dekat dengan orang lain

B. Perkembangan Emosi Prososial

Perkembangan emosi prososial dimulai sejak anak masih bayi, dengan di tandai oleh tangisan bayi yang di akibatkan oleh tangisan bayi yang lainnya. Pada hal ini terlihat bahwa ketika bayi menangis karena mendeengar tangisan bayi yang lainnya merupakan bentuk dari respon empati bayi tersebut. Lalu pada tahun pertamanya, bayi berada pada empati egosentris. 

Pada masa ini bayi beranggapan bahwa permasalahan atau rasa susah yang dialaminya maupun yang dialami oleh orang lain merupakan hal yang sama. Memasuki tahun kedua, bayi mulai mengembangkan kesadaran diri/memasuki tahap balita dimana mereka mulai mencoba menghibur orang lain dengan caranya sendiri. 

Misalnya, saat anak merasa temannya sendirian, dia akan mengajak Anda untuk datang bersama teman sebayanya agar temannya tidak lagi kesepian. Ini diikuti oleh periode tekanan empatik yang jujur, yang sering terjadi saat penalaran anak semakin matang. Pada tahap ini, respons empatik anak lebih berkembang dari sebelumnya terhadap emosi lain dan tindakan prososialnya menunjukkan pemahaman akan kebutuhan orang lain. Dan perlu kita ketahui bahwa empati dan simpati terhadap anak akan berkembang/meningkat seiring bertambahnya usia.

Seperti yang kita semua ketahui, waktu terbaik untuk belajar adalah ketika Anda masih muda atau ketika Anda masih kecil. Hal ini termasuk emosi sosial, jika seorang anak memiliki sikap prososial yang baik sejak dini, maka ia juga akan memiliki sifat prososial yang baik saat dewasa. 

Agar perkembangan sosial-emosional anak berkembang secara optimal, orang tua harus peka terhadap sikap anak. Seorang ahli di bidang perkembangan sosial, Nancy Eisenberg, mengemukakan lima tahap perkembangan perilaku prososial pada anak yang dapat digunakan orang tua untuk memantau perkembangan perilaku prososial pada anak saya.

1- Terhadap kepentingan pribadi.

Perilaku prososial seperti itu umumnya ditemukan pada anak prasekolah dan sebagian kecil ditemukan pada anak sekolah dasar. Pada tahap pertama ini perilaku sosial anak belum murni karena merasa diperhatikan oleh orang lain. Namun, pada tahap ini perilaku anak masih didasarkan pada mengapa ia melakukan hal yang benar untuk menghindari akibat negatif yang akan dideritanya.

2- Orientasi Kebutuhan

Tahap perkembangan sosial ini umumnya diamati pada anak-anak prasekolah dan juga anak-anak usia sekolah dasar. Pada tahap ini, anak sudah dapat menunjukkan kepedulian atau mereka dapat menanggapi isyarat ketika seseorang membutuhkan bantuan tanpa menunjukkan empati/ekspresi dan tidak dapat membayangkan posisi mereka berada di mana.

3- Berorientasi pada penilaian orang lain dan distereotipkan sebagai anak yang baik.

Tahapan ini dapat kita lihat dalam perkembangan sosial siswa sekolah dasar dan beberapa siswa sekolah menengah. Pada tahap ini, anak memaknai perbuatan baik yang dilakukannya sebagai sarana agar diterima di lingkungan orang-orang di sekitarnya dan agar orang-orang di sekitarnya mengakui bahwa dirinya adalah anak yang baik.

4- Pada tahap ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap pembentukan kemampuan refleksi, empati dan tahap peralihan

  • Tahap pembentukan kemampuan refleksi dan empati banyak dijumpai di sekolah dasar dan menengah dasar. sekolah. anak-anak pergi ke sekolah. Pada tahap ini, perbuatan baik yang dilakukan anak dapat melibatkan empati, prinsip kemanusiaan, dan dapat menggambarkan emosi yang akan mereka rasakan jika memilih untuk membantu atau tidak membantu.
  • Kita dapat mengamati transisi pada mahasiswa dan orang dewasa. Pada tahap ini, anak melakukan tindakan untuk masyarakat melalui banyak pertimbangan yang berkaitan dengan nilai moral, norma dan tanggung jawab, serta upaya untuk mengubah suatu kondisi menjadi lebih baik. misalnya dengan menolak menyontek teman.

5- Menuju nilai-nilai moral yang terinternalisasi.

Tahap ini terkadang terlihat pada siswa sekolah menengah dan bukan pada siswa sekolah dasar. Perkembangan sosial anak pada tahap ini banyak dipengaruhi oleh prinsip-prinsip seperti masa transisi, hanya saja prinsip-prinsip tersebut tertanam dalam kepribadian anak.

C. Peran Orang Tua dalam Emosi Sosial Emosional Anak

Orang tua memiliki peran penting dalam menanamkan emosi sosial pada anak-anaknya. Peran orang tua dalam perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh bagaimana orang tua berperan dalam memberikan kehangatan dan dukungan kepada anak, menanamkan strategi disiplin dan strategi sosialisasi yang berkaitan dengan emosi.

  • Berikut peran orang tua dalam menanamkan emosi sosial pada anaknya:
    • Hangat/mendukung

Kehangatan/dukungan diberikan karena kehangatan/dukungan orang tua dapat meningkatkan respon empati anak. Selain itu, adanya kehangatan/dukungan dari orang tua dapat membuat anak menjadi pribadi yang positif dan sensitif.

  • Strategi Disiplin

Strategi disiplin yang dapat diberikan orang tua untuk mengembangkan emosi yang berorientasi sosial sangat membantu dalam mendorong respons dan rasa bersalah anak terhadap empati.

  • Latih sosialisasi emosional.

Praktik ini dilakukan oleh orang tua yang menyampaikan berbagai jenis emosi kepada anaknya melalui ekspresi positif dan negatif. Selain mengekspresikan emosi, orang tua juga dapat memberikan respon emosional kepada anaknya agar emosi yang diekspresikan anak tidak menjadi berlebihan.

  • Keterampilan kognitif sosial

Keterampilan kognitif sosial dicapai melalui kemampuan orang tua untuk memahami keadaan mental, keyakinan, pikiran, ide, niat, dan keinginan orang lain. Jadi kemungkinan keterampilan ini akan berhubungan positif dengan empati, simpati, dan/atau rasa bersalah anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun