Dalam percakapan ringan antara Aziz Amin | Wong Embuh dan Santoso, tersirat sebuah refleksi mendalam tentang cara kerja pikiran, bagaimana menyikapi hidup, serta pentingnya keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan jiwa.
Dibuka dengan canda dan keakraban, obrolan ini perlahan mengarah pada perbincangan mengenai bagaimana seseorang memahami realita melalui pikirannya. Aziz mengungkapkan bahwa pikiran bukan sekadar alat berpikir, tetapi juga perancang realita yang kita alami. Apa yang kita anggap sebagai kebetulan atau sekadar peristiwa sehari-hari sejatinya adalah hasil dari pola pikir yang kita bangun.
Antara "Embuh" dan Kejelasan Hidup
Di tengah percakapan, muncul istilah "Embuh", yang dalam konteks ini bisa diartikan sebagai ketidaktahuan atau ketidakpastian. Aziz menegaskan bahwa dalam ketidaktahuan justru ada potensi besar untuk memahami makna hidup. Paradox-nya, yang tampak jelas sering kali tidak jelas, dan yang terlihat kosong justru berisi.
Santoso menanggapi dengan humor, seakan ingin menyeimbangkan kedalaman pembahasan dengan kelucuan sederhana. Namun, di balik candaan, terselip pemahaman bahwa hidup ini bukan tentang mencari kepastian mutlak, melainkan tentang bagaimana kita memberi makna pada setiap kejadian.
Belajar dari Perjalanan Hidup
Percakapan berlanjut ke kisah Mas Mukhi, seseorang yang awalnya hanya mencari kejelasan dari kebingungan, namun justru mendalami ilmu dari Basic Hypnotherapy hingga ke NLP dan Advanced Training. Ini menjadi contoh bagaimana seseorang bisa mengubah hidupnya hanya dengan menggeser perspektif dan memberikan bingkai ulang pada setiap pengalaman.
Aziz menekankan bahwa jalan hidup setiap orang adalah cerminan dari pikirannya sendiri. Mereka yang memahami pola pikirnya akan lebih mudah menemukan keseimbangan dan arah hidup yang lebih baik.
Kesimpulan: Menata Pikiran, Menata Hidup
Dari obrolan santai ini, tersirat pesan bahwa: