Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas, Trainer, Personal Coach, Terapist, Hipnoterapist, Pembicara, Online Marketer, Web Design

Praktisi Kehidupan, Kompasianer Brebes www.azizamin.net Founder MPC INDONESIA www.mpcindonesia.com WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mbah Gempung | Jalan Uripmu Kui Sakarepmu

24 Agustus 2019   13:11 Diperbarui: 24 Agustus 2019   18:32 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang laki -- laki paruh baya datang dengan sarung kumal melingkar di bahunya, sisa rokoknya masih menyala, dan ia duduk tanpa permisi didepan mbah gempung.

Matanya napak tajam memandangi mbah dari kepala sampai kaki, dan mbah gempung tetap saja asik dengan maenannya sebuah tanah liat yang diambil dari pematang sawah pagi tadi.

Lama mereka hening dan hanya saling memandang saja, hanya suara burung kenari dan burung piaraan kastiman tetangga sebelah yang nyaring dan memecah keheningan mereka.

15 menit terlewati dan tetap saja belum ada tanda mereka akan berkomunikasi.

" Mbah ! " Cletuk suara pria itu

" mheee.. " jawab mbah sambil melirikkan mata memberi kode menanyakan maksudnya.

" Jal pie ki..., hidupku ko yo begini banget mbah, susah banget rasanya, apapun yang aku lakukan selalu saja tak berhasil, bukannya dappat rezeki selalu saja saya buang  buang modal dan kembali lagi harus menanggung kegagalan mbah... " katanya mencaritakan hidupnya

Golet rezeki jaman saiki angel ( susah ) mbah, susah sekali sampai saya haru jungkir balik dan paling dapatnya tak seberapa mbah, kurang apa mbah aku ini ?, sodakoh ya aku sodakoh sa mampuku mbah, ibadah ya aku ibadah, apik karo tonggo ya aku apik mbah..., tapi ko yo seperti ini mbah hidupku ini " lanjutnya

" Aku..."  WIS !!!! STOP !!! ra usah koe lanjutna ceritamu, pikiranku iso kebek ( penuh ) oleh sampah pikiran mu kui le..., aku wis tua aku wis tahu ngalami sing mbok koe alami, paham ... paham aku !.

" Lah mbah aku tak rampungke sik ceritane " rengeknya

"UWIS !!!, NGERI UWIS ORA ? "

" Ngerti mbah " , " terus pie mbah ? " tanya laki -- laki itu

Mbah gempung tetap asik dengan maenannya tanah liat yang sedari tadi ia bentuk bulatan -- bulatan menyerupai bola, sementara laki -- laki tadi tetap menatap sambil menungu reaksi mbah gempung, dan kembali suara kenari mendominasi ruang dan waktu saat keduanya terdiam

****

Mbah gempung mengambil sebagian tanah liat yang tersisa di depannya dan ia serahkan pada laki -- laki tadi dengan tatapan tegas. Laki -- laki tadi menerima dan entah karena bingung atau merasa diperintah mbah, ia mulai meremas remas tanah itu, sesekali dibuatnya bulatan -- bulanan, terus di pilin pilin dan dipotong -- potng serata dembali lagi diremas -- remas.

30 menit sudah mereka terdiam, dan laki -- laki itu akhirnya menyerah, ia bangkit sambil meninggalkan tanah liat yang sama sekali tak berbentuk apapun, dan baru dua langkah ia meninggalkan mbah gembung.

" URUPMU KUI SAKAREPMU !"

Ia berhenti dan menoleh mematung.

" Ya... jalan uripmu kui sakarepmu, jalan kehidupanmu itu terserah kamu menjalaninya, mau kau jalani dengan jongkok, mau jalani dengan berjalan, berlari atau bahkan dengan tiarap sekalipun itu terserah kamu ".

Lanjut mbah gempung, saya sama sekali tak ada urusan dengan kehidupanmu, maka aku tak bisa cerita banyak tentang apa yang harus kau lakukan atas perubahan kehidupanmu. Salah kalau karena saya dipanggil mbah terus saya bisa mengubah kamu jadi lebih bahagia, lebih banyak rezeki atau lebih makmur, sama sekali tidak bisa.

" Lihat.... " mbah gempung menunjukkan tanah yang tadi ditinggalkan laki -- laki itu, tanah itu aja kau biarkan tak berbentuk apapun, kau biarkan menjadi sebuah tanah liat yang tak memiliki niai dalam pikiranmu.

Kamu itu manusia yang juga terbuat dari bahan dasar tanah, kalau Allah Ta'ala tak kuasakan kau jadi manusia, kau ibarat tanah itu, hanya jadi seonggok tanah tanpa makna.

" Lihat apa yang aku pegang ini ? " mbah gempung menunjukkan tanah yang sedari tadi dibentuk -- bentuknya.

" Asbak mbah " jawabnya serau

Ya...., ini asbak walau aku hanya meyakini ini adalah tanah liat yang aku maenkan dengan rasa, dengan hati, dan aku bentuk menjadi asbak, tak perlu aku bakar atau warnai kau sudah menyebutnya asbak.

Itulah "Value" nilai.

Bagaimana hidupmu akan bernilai, kalau kamu sendiri tak memberikan nilai positif padamu, kau hanya selalu mengeluh, mengeluh dan menyalahkan kehidupan dan jalanmu.

"Jalan Uripmu itu sakarepmu"

Ya..., itu aku hanya cerita, aku nggak mau terlalu banyak cerita atau nuturi kamu, karena kamu lebih tahu dari apa yang kamu tahu, lihatlah yang katamu asbak itu, itu hanya tanah liat yang membuatku bahagia saat melihatnya, yang membuat aku nyaman menikmatinya, kadang butuh proses panjang untuk membuat asbak ini, harus diubah ulang, harus gagal atau apalah namanya, tapi asiiiik aja saat menikmati semua.

Aku butuh asbak, dan Allah sediakan tanah liat, berikan kesehatan dan lantunan burung itu mengiringi aku menikmati menjalani kehidupanku hingga hasilkan asbak.

Selama kau bilang :

" Jal pie ki..., hidupku ko yo begini banget mbah, susah banget rasanya, apapun yang aku lakukan selalu saja tak berhasil, bukannya dappat rezeki selalu saja saya buang  buang modal dan kembali lagi harus menanggung kegagalan mbah... " katanya mencaritakan hidupnya

Golet rezeki jaman saiki angel ( susah ) mbah, susah sekali sampai saya haru jungkir balik dan paling dapatnya tak seberapa mbah, kurang apa mbah aku ini ?, sodakoh ya aku sodakoh sa mampuku mbah, ibadah ya aku ibadah, apik karo tonggo ya aku apik mbah..., tapi ko yo seperti ini mbah hidupku ini "

Yaa " SELAMAT MENIKMATI JALAN HIDUPMU "

Itu semua cara pandangmu, cara berfikirmu, dan cara kau menjalani hidupmu, maka bukan urusanku.

Sekiranya benar kau ingin berubah, maka niatkan tekad dan pindahlah fokusmu menjadi fokus pada hal positif, menjadi lebih mengamati rasa bahagia, rasa syukur atas semua proses yang sedang dijalani.

Mintalah pada tuhanmu, mintalah pada Allah Ta'ala, bukan untuk kaya atau untuk apapun yang sekiranya hanya akan dicapai dengan perasaan bersyukur dan bahagia, mintalah unuk selslu diberikan kesadaran untuk mensyukuri segala nikmat yang ada dan terlimpah, mintalah kesadaran untuk selalu aberfikir positif dan bahagia, saat itu kau mampu dan memberikan prasangka positif pada jalan kehidupanmu maka Insha Allah Tuhanmu Allah Ta'ala akan meridhoinya.

Brebes, 24 Agustus 2019

Aziz Amin
Kompasiner Brebes
WA ; 0858.6767.9796

Silahkan dishare / dibagika tanpa izin sekiranya bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun