Mohon tunggu...
aziz ahlaf
aziz ahlaf Mohon Tunggu... Editor - kita hanya berbeda acara dalam menggapai ridho tuhan

setiap kita punya cara unik dalam mengumpulkan pundi-pundi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sedih, Politiknya Kayak Gitu

5 Januari 2020   17:42 Diperbarui: 5 Januari 2020   17:38 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
otak dengan kaki sejajar //dokpri

Sedih, pada Ngaku Benar bae

ambil sampel, tentang Banjir di berbagai daerah pada Rabu (1/1/19), contoh Anies Gubernur DKI hanya dijadikan alat propaganda bagi kaum kelompok pembenci, ia hanya dijadikan alat pengalihan isu lain, tengok Jiwasraya, simak Natuna, simak BPJS naik, Tarif Listrik, harga sembako, harga BBM, kejahatan jalan raya, kriminal, lapangan kerja, dan simak-simak lainnya yang seolah tertutup oleh kondisi banjir diberbagai daerah.

andai pun yang menjabat adalah dari kaum yang sealiran dengan mereka, meski Jakarta Banjir hingga menutupi puncak Monas pun maka bisa saja tak akan terjadi proses bully atau disalahkan secara hiperbolis, apalagi sampai disuruh turun meletakkan jabatan.

entah mana yang benar ?,

semua pihak mengklaim merasa benar dan paling benar, semua pihak sama-sama mengatasnamakan rakyat Indonesia, hampir tak ada jiwa instrospeksi, kepentingan pribadi seolah terbalut demi kesejahteraan rakyat. rakyat lagi rakyat lagi, barangkali itu keluhan kaum pinggiran yang hanya bisa menghelas nafas sambil cuci piring di sungai kumuh dekat rumahnya saat kata 'rakyat' hanya dijadikan pemanis komentar untuk menutupi ambisi pribadi.

Rakyat hanya simbol

rakyat jelata kaum pinggiran yang tak tahu menahu soal politik, bahkan mungkin buta politik namun sering dijadikan komoditas publik. sangat bersyukur jika emang benar-benar membela rakyat dan memperjuangkan nasib rakyat. tak menutup mata juga masih banyak yang peduli terhadap rakyat, meski seringkali terganjal oleh kepentingan atau kelompok tertentu.

disini sedang tidak menyalahkan siapapun atau mendiskreditkan pihak manapun, apalagi sampai memvonis pihak manapun. kalau toh ada yang merasa tersentuh, itu diluar konteks, atau setidaknya anggap saja seperti obat Paracetamol yang mungkin terasa perih saat mengenai luka, bukan sifat Paracetamol yang disalahkan namun karena emang ada luka. dari perih itu diharapkan bisa menyembuhkan luka tersebut.

Terjebak sebatas Slogan

masih berkutat diseputaran slogan "NKRI harga mati, saya Indonesia saya Pancasila, dll" namun mirisnya masih jauh dari realisasi kerja nyata. slogan itu penting sebagai pembangkit patriotisme kebangsaan, namun lebih penting lagi jika diiringi dengan kesadaran dan keseriusan semua pihak dalam menuju Indonesia maju, adil merata, sejahtera, tidak membuat rakyat makin tercekik oleh kebijakan publik yang seolah demi rakyat namun hanya rakyat tertentu yang menikmati kebijakan tersebut, sementara banyak rakyat lain justru tereliminasi dari kesejahteraan menyeluruh.

tulisan ini hanya untuk mengetuk hati kita semua, bahwa Indonesia adalah milik kita, bukan milik kelompok atau golongan tertentu. kita punya tanggung jawab bersama memajukan Indonesia tercinta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun