Mohon tunggu...
Aziz Abdul Ngashim
Aziz Abdul Ngashim Mohon Tunggu... Administrasi - pembaca tanda dan angka

suka dunia jurnalistik, sosial media strategy, kampanye media sosial, internet marketing. sisanya nulis buat enjoy aja. smile

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mimpi dari Ruang Nuri

8 Desember 2013   23:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:10 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ini kisah saya dihari minggu yang sudah saya jalani sejak tahun 2010. sebuah kisah sederhana dan sama sekali tidak istimewa dari seorang mahasiswa biasa. saya tertarik menceritakan ini kepublik saat freez memuat tema relawan di edisi esok. namun saya tidak pernah menganggap diri saya sebagai relawan, saya hanya seorang teman, seorang kakak yang menemani adik-adik kecil. atau jika istilah tersebut dipakai saya lebih senang menyebutnya "Sukarelawan" tidak sekedar "relawan" semoga tidak menjadi riya. tangan kanan kedepan, tangan kiri kedepan, kedua tangan kedepan dan digoyang-goyangkan menari hoki-poki menari hoki-poki digoyang-goyang sebuah lagu wajib yang selalu hadir untuk mengawali kegiatan kami. judul lagunya "hoki-poki" dengan lirik sederhana yang tak memiliki syair tetap, kata "tangan" pada lagu itu bisa berganti apa saja, telinga, hidung, bahu, kaki, siku, atau apapun yang bisa digerakan untuk mencairkan suasana. lagu hoki-poki adalah satu dari dua "lagu kebangsaan" kami dalam mengawali aksi, satu lagi "jari jempol". tentu saja dengan deret lagu anak-anak yang mungkin tak pernah kita terdendangkan di televisi. siapa yang saya sebut "kami" diatas? kami adalah relawan -begitu kebanyakan orang menyebutnya- Family Supporting Group Tunas Bangsa Yogya (FSG Yogya) lahir karena sebuah gerakan kepedulian yang sangat sederhana. perkenalan saya dengan FSG Yogya tak lepas dari kompasiana. berawal dari pertemuan mba Ary Amhir dengan tante kristi (seorang relawan senior , singkat cerita mba Ary memberitahukan pada shasa (elisabeth murni) kawan saya yang juga kompasiner tentang FSG, dan dari shasalah saya bertemu tante kristi sehingga cerita dipersingkat kembali saya terlibat kegiatan bermain di minggu pagi. bukan proses saya bergabung dengan FSG yang ingin saya ceritakan, saya hanya ingin berbagi apa itu FSG Tunas Bangsa (selanjutnya ditulis FSG-TB). setiap minggu pagi satu hal yang selalu saya lakukan adalah bermain, bermain di RS Sardjito. ketika saya menjawab kata bermain di RS, banyak orang mengerutkan dahi, namun dalam pandangan dan pemahaman saya hanya itulah yang saya lakukan. bermain dengan adik-adik kecil, adik-adik tangguh, adik-adik yang di masa awal hidupnya harus bertarung dengan thalasemia dan kanker. pengalaman interaksi saya dan mereka memiliki kesan mendalam buat saya. bukan hal mudah bagi seorang anak yang masih belia untuk mendapat fakta dan vonis dirinya mengidap kanker dan harus menghabiskan perawatan dirumah sakit dalam waktu lama, bukan hal mudah pula untuk menjalani hidup dengan asupan bermacam-macam obat setiap harinya, bukan pula hal ringan bagi seorang anak yang harus menghabiskan waktunya dengan kemoterapi yang menyiksa. kami hadir bukan untuk memberi bantuan medis, bukan pula deret motivasi bak petuah orang suci, kami hadir hanya memberi mereka waktu bermain, waktu yang harusnya mereka dapatkan sebagai seorang anak. saya selalu merasa kembali menjadi anak-anak jika bersama mereka. bernyanyi, bermain, menggambar, mewarnai, mendongeng, bercerita, membuat hasta karya, bermain drama teater kecil dan masih banyak lagi.

suatu waktu saya pernah menghadiri acara pernikahan endro dan niswah (keduanya relawan), tak disangka dipernikahan itu ada seorang anak kecil yang digendong ibunya yang memanggil saya, "mas aziz, mas aziz kan ya?" dengan nada pelan. reflek saya menoleh, saya hafal betul wajah itu, Husna namanya asal klaten. beberapa kali saya bertemu dia, namun yang tak pernah terfikirkan oleh saya anak itu masih mengingat nama dan wajah saya meskipun sudah beberapa tahun tak bertemu. tak sulit untuk mengingat husna, dia beberapa bulan tinggal di rumah sakit, yang membuat saya hampir selalu bertemu dengannya setiap minggu. tapi buat saya tetap mekjubkan, husna masih mengingat saya meski beberapa bulan tak bertemu. lain husna, lain aldo, pria tangguh kecil yang rambutnya sudah mulai rontok karena kemo, pertemuan pertama kami diiringi tawa sang anak dan tangi sang ibu di ruang nuri. tak mungkin lepas dari memori saya, saat itu kami para sukarelawan mendampingi adik-adik kecil membuat hasta karya pohon keluarga. diakhir kegiatan sang anak masing-masing membacakan pohon keluarganya, disebutlah satu persatu nama keluarganya. namun ada yang unik dari pohon keluarga aldo, namanya dia tulis paling atas, disamping kakeknya. saat mas yofi (relawan) bertanya kenapa nama aldo ditulis paling atas? aldo dengan tertawa menjawab, karena aldo akan pergi duluan seketika itu juga sang ibu yang mendampingi aldo memerah matanya dan meneteskan air mata lalu pergi kelorong.
sudah hampir satu tahun saya tak lagi bertemu keduanya, husna kabar terakhir yang saya tahu bersekolah kembali, saat masuk RS kelas dua SD, dan kembali mengulang di kelas dua, karena dirinya sempat absen dari sekolah lebih dari 5 bulan untuk menjalani perawatan. sedangkan aldo saya juga sudah tak pernah bertemu lagi, terakhir saya bertemua dengannya (dan ibunya) di bangsal stella, katanya masih harus rutin priksa. keduanya hanyalah sedikit dari puluhan adik-adik kecil yang sudah saya temui selama saya di FSG-TB.  ada banyak kisah, bahkan ada beberapa teman bermain yang sudah meninggal. terkadang 4 minggu saya bertemu anak tersebut dan di minggu kelima mendapat kabar sudah meninggal. kanker dan thalasemia memang bisa dibilang cukup mengerikan, seorang perawat yang pernah berbincang dengan saya bahkan pernah bilang beruntung jika anak tersebut bisa berusia lebih dari 20 tahun dalam keadaan "normal" katanya. karena kebanyakan meninggal dalam usia dini. bukan hal yang mudah bagi saya untuk tetap tersenyum saat aksi dan kegiatan di ruang nuri, bagaimana relawan harus tetap tersenyum, tetap ceria, dan tertawa tanpa menyinggung, serta tidak berbuat berlebihan. saya tidak tahu sampai kapan saya masih bisa berkunjung ke ruang nuri RS Sardjito jogja setiap hari minggu. tidak mudah untuk tetap menjaga senyum serta membuncah tawa adik kecil yang kondisinya tidak semua sama kondisinya. dari yang rambut sudah mulai rontok karena komoterapi, matanya sudah terbalut karena membesar, infus darah ditangan, dan berbagai kondisi lain. disanalah kami hadir untuk bermain, berbagi tawa, mungkin memang hanya untuk sementara, tapi saya selalu yakin tak ada perbuatan yang sia-sia. dari adik-adik di ruang nuri inilah saya belajar banyak hal tentang kehidupan, saya selalu bersyukur Tuhan membuat saya berada ditengah-tengah mereka. runga itulah tempat saya bermimpi, belajar dan tentu saja bermain.setiap minggu saya selalu menganggapnya sebagai hari bermain, kondisinya memang tak selalu sama. tapi bagaimana kebahagiaan itu didapatkan selalu tetap bermakna. mari berbagi senyum, dan tetaplah tersenyum, jangan lupa selalu bersyukur. menjelang pergantian hari, di sisi selatan merapi ditemani dingin berbalur ritmis hujan yang sunyi jika berminat jadi relawan silahkan kunjungi  : http://www.fsgtunasbangsa-yogya.org/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun