Mohon tunggu...
Aziz Abdul Ngashim
Aziz Abdul Ngashim Mohon Tunggu... Administrasi - pembaca tanda dan angka

suka dunia jurnalistik, sosial media strategy, kampanye media sosial, internet marketing. sisanya nulis buat enjoy aja. smile

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anggota DPR, Tolong Jangan seperti Anak TK...

8 Oktober 2010   09:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:36 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

apa daya rakyat seperti saya ini, saya hanya berharap anggota DPR yang terhormat bisa sdikit lebih dewasa, dewasa dalam arti dapat memilih prioritas mana yang harus di dahuluka mana yang tidak, mana yang lebih bermanfaat mana yang tidak, tahu mana yang benar mana yang salah. definisi di atas hanyalah bentuk kecil "dewasa" jika ada yang punya definisi lain silahkan. DPR memang tukangpamer bacot bisanya cuma ngomong saja. itu sebabnya banyak menteri termasuk mantan menkeu Sri Mulyani yang "mengeluh" merasa dilecehkan anggota terhormat, karena setelah bicara panjang lebar kemudian di tinggalkan begitu saja, dantak peduli aka jawaban.

kita sudah mendengar banyak sifat kekanak-kanakan anggota parlemen yang terhormat, maka "tuduhan" almarhum mantan presiden Abdurrahman Wahid saat dengan gagah maju ke sidang interplasi dibubarkannya depsos dan dengan tenga bicara "anggota DPR ini memang seperti anak TK, sudah saya jelaskan berkali-kali tapi tidak mengerti juga". akan TK sebuah gelar yang tak akan pernah lepas dari tubuh manusia rakus yan tak pernah puas dengan gajih puluhan juta ini.

lihatlah berita hari ini, ketua DPR dan anggota DPR saling tuding "lebay". marzuki ali menuduh Oknum Komisi III "Lebay". sang ketua DPR menuduh anak buhanya di komisi 3 terlalu latah dengan segala urusan, sampai-sampai urusan komisi-komisi lain di komentari, dan tak pandang diri, apakah dirinya sudah beres atau belum. belum reda berita itu, anak buahnya tidak terima, dan balik menyerang pemimpinnya dengan menuduh marzuki ali yang "lebay" karena menasehati/mengomentari kelakuakn anggotanya. sangat konyol, pemimpin dan anak buah malah ribut soal kata lebay. tidak ada kesepahaman dan saling menghormati. hancurlah lembaga ini.

masih belum reda soal ini, 13 DPR komisi 8 yang membidangi bencana malah studi banding ke Amerika Serikat, bukannya ke papua yang jelas-jelas terkena bencana. ini kan konyol, sungguh akal sehat saya tidak mengerti atas kelakuan dewan terhormat ini. apakah saya yang bodoh hingga idak bisa faham atas kelakukan wakil-wakil rakyat yang cerdas ini. apa urusannya bencana di papua tapi studi banding ke negara paman sam, apakah karena hillari ikut komentar? hanya mereka yang tahu.

selain itu kemarin rapat KPK dengan anggota DPR komisi 3 juga berlangsung konyol. 8 jam hanya menghasilkan 2 kesimpulan, dan di akhir rapat jumlah anggota dewan 1 komisi hanya tersisa 1 biji manusia. padahal saat awal penuh, kemana mereka? mungki nonggrong di depan situs bokep. sebelum di blok sama tuan tifatul sembiring. kondisi rapat itu[un sungguh konyol karena di dominasi oleh orang PDIP terutama gayus dan panda nababan.

lihatlah aksi panda nababan yang mengomentari dan mempertanyakan kenapa dia (panda) di jadikan tersangka, padahal dulu katanya (panda) bahwa anggota pimpinan KPK dipliholehnya, dia tidak terima. mungkin maksud tersirat dari kata-kata panda adalah pimpinan KPK kurang ajar, setelah didukung olehnya malah menadikannya tersangka. selain itu panda justru bertanya pertanyaan konyol denganmarah-marah, "karena saat pemeriksaan dirinya tidak boleh membawa HP dan pena".

tolong, saya mohon, anda wakil rakyat terhormat jangan bersifat kekanak-kanakan dan perang kata-kata di media dan saling menuduh "lebay", penting ga sih...... media juga mau-maunya memuat berita seperti ini, apa urgensinya untuk rakyat dan negara? heran. ini komisi bencana malah jalan-jalan ke amerika bukannya ke papua yang jelas-jelas terkena bencana. hingga sikap tak terima anggota DPR karena di jadikan tersangka. saya seperti melihat KPK disidang oleh tersangka.

anggota DPR ini kan udah dipilih sama rakyat, ya mbok amanah gitu... jangan mau dui gaji saja yang puluhan juta. rakyat seperti saya ini memang sudah tak punya suara, karena suara saya sudah dirampas saat pemilu dan kini tak mungkin lagi di dengar. sayangnya saya tak nyontreng wakil rakyat, kemarin karena saya tahu tak ada yang pantas, hingga kini sya berfikir apakah absennya saya dalam pemilu partai kemarin keputusan tepat atau slah? hemm.....

semoga saya tidak menyesal karena tidak memilih anak TK,toh akhirnya yang terpilih tidak juga kunjung naik kelas sejak zaman gus dur, mungkin justru turun kelas ke PAUD (pendidikan anak usia dini), ataukah sudah naik kelas di TK dari kelas NOL-kecil ke kelas NOL-besar? semoga cepat naik kelas wahai wakil-wakil rakyat yang terhormat. tolong... jangan nakal... heheheheh

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun