Mohon tunggu...
Azismm
Azismm Mohon Tunggu... Freelancer - pelajar

Mari Berproses

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Lupa Cerita Itu

21 Maret 2019   06:28 Diperbarui: 21 Maret 2019   13:38 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


"Astagfirullahaladzim." Aku segera membuka mata menangis sejadi-jadinya enggan berhenti mengucapkan istighfar. "Kunaon wa ?" Ramdan terperenjat kaget, sejurus kemudian lalu menyodorkan segelas air minum. Tanpa berkata ku minum hanya sedikit saja dan segera menenangkan rasa tegang. Namun tak henti mengucap istighfar, susah sekali rasanya menenangkan suasana, spontan aku kembali menangis  sejadi-jadinya.
Ramdan mulai panik "kunaon wa? Istighfar-istighfar, wudhu" mungkin dia takut aku kerasukan sesuatu yang diluar nalar manusia, sambil menyodorkan kembali minum dan segera memapahku untuk wudhu. Aku berwudhu dan tak mau berhenti menangis, kemudian kuntengok jam dinding waktu menunjukam pukul satu malam. Aku tersadar, kemudian kutunaikan shalat tahajud. Masih menangis.
...
Keadaanku mulai tenang. Sejurus kemudian aku menyalakan rokok mencoba menghisap sedalam-dalamnya. Ramdan masih saja terduduk kaku dengan raut heran, dan menyusulku menghisap rokok. "Kunaon wa?" Masih dipenuhi rasa penasaran, takut dan tak jelas, kala itu ramdan ragu bertanya.
"Urang ngimpi maot Dan, nyeri ya rob  kunaonnya? "  Ramdan menyimak dengan rasa heran tak percaya, tak lupa menghisap rokok aku lanjut menceritakan apa yang aku ingat tentang mimpi itu.
.....
"Antrian selanjutnya!!" Kata salah seorang berbicara didepan masjid dengan pakaian serba putih sedikit bercahaya sehingga wajah orang tersebut tak terlihat jelas, terdengar suara di dalam masjid, mungkin terdengar seperti ini "hai manusia, berbaringlah berdoalah semampumu, aku akan segera mencabut nyawamu" siapa yang tak takut mendengar obrolan itu. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhku sambil melihat orang disekitar, ada yang menangis ketakutan, ada yang meronta-ronta mencoba kabur, ada yang memohon untuk diberi waktu lebih banyak, dan aku lebih resah , aku ingin segera menemui ibu dan semua keluargaku.

"Antrian selanjutnya!" Orang di depanku masuk dengan wajah pucat ketakutan dan wajah penyesalan. Aku semakin panik.  Orangtuaku belum juga datang dan setelah ini giliranku. Tak lama kemudian "selanjutnya!!" Deg!!. Lemas sekujur tubuhku, terbaring sudah di dalam mesjid lalu didekati seseorang berbadan besar berbaju putih, namun tak terlihat wajahnya. "Jangan dulu, aku mohon, aku ingin mati didampingi orangtuaku" "wahai manusia, mati tak pernah mengenal waktu"

Kaki mulai mendingin dan merambat naik menggerayangi tubuhku secara perlahan, dengan panik aku menangis mencoba berteriak memanggil ibuku. Ingin sekali disaksikan waktu kematianku, sebisaku memohon untuk diberi waktu untuk menemui orangtuaku terutama ibuku. "Wahai manusia berdoalah, waktumu hampir habis!!" Mati rasa sudah sampai kerongkongan "ll..la..illllllaaaaa....haaaaaa.....iilllllllallah" aku berteriak bersyahadat dalam hati sekuat mungkin nafasku sudah sampai di kerongkongan "asyhadu allaa ilaa ha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah, 

Astagfirullahalladzim" "Astagfirullahaladzim." aku segera membuka mata menangis sejadi-jadinya enggan berhenti mengucapkan istighfar.
Setelah kejadian mimpi semalam seketika kehidupanku berubah, sekalipun tak kutinggalkan shalat wajib lima waktu. Aku berpikir bahwa inilah hidayah  dan aku harus menjadi seorang yang taat pada aturan agama. Namun disisi lain, aku tetap mempertanyakan apa arti dari mimpi tersebut, aku tidak berani menceritakan hal ini kepada siapapun kecuali temanku kala di kost malam itu. Sampai pada tiba waktunya pulang kampung karena waktu kuliahku sudah selesai semester itu, aku mulai aktif dalam organisasi remaja masjid di kampungku.

***

Tepat pada malam senin, organisasi masjid mengadakan kajian anak muda dan diisi dengan seorang ustad mantan vokalis band terkenal di negeri ini. Dalam kajian itu, sang ustad memberikan waktu sesi Tanya jawab.  Aku ragu ingin menanyakan tentang mimpiku ini, tapi juga aku bingung jika aku hanya memendam dan dihantui mimpi ini. Dengan ragu aku mengacungkan tangan dan mulai menceritakan semua yang terjadi didalam mimpiku "bagaimana menurut ustad, apa arti dari semua mimpi ini tad, saya sangat ketakutan karena selalu teringat akan mimpi ini?"

"Siapa namamu kang?" dengan raut muka yang menurutku sangat aneh, seakan-akan ustad tersebut sedikit cemas mendengar ceritaku."asep tad" dengan nada kecil sedikit malu malu, "asep tad". Sang ustad tidak langsung menjawab ia hanya menyuruhku membuka Al-qur'an "coba kang asep dan buka surat yusuf ayat 4&5, lalu baca sama kang asep, yang lain perhatikan." Dengan heran, kenapa yang lain hanya disuruh mendengarkan mencari ayat surat tersebut dan aku mulai membacanya dengan ragu dan kawan-kawan lainnya mendengarkan dengan seksama

Aku bisa mengaji, aku sempat menjadi seorang quro (membaca alquran dengan nada) kubaca ayat tersebut dengan khidmat. Namun entah apa yang mendorongku suasana seakan gelap,seakan menyedihkan, menegangkan begitupun seisi ruangan. Aku menangis sejadi-jadinya enggan untuk melanjutkan isi ayat itu, dengan sigap sang ustad menyelesaikan bacaanku.

Dua ayat sudah diselesaikan, ustad menyuruhku membaca artinya karena teman-temanku heran mengapa aku menangis, kawan disampingku menyuruhku minum dulu, setelah tangisku mereda aku membacakan arti surat tersebut. "(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." 

Baru saja satu ayat aku menangis, dengan sesekali aku tersedu aku melanjutkan bacaanku "Dia (ayahnya) berkata, "Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia." Tangisanku semakin menjadi dan itu sangat menjelaskan apa arti dari mimpiku.

Kajian selesai dan aku bergegas kerumah dengan masih memikirkan hal tersebut, aku masih berfikir bahwa aku akan mati dalam waktu dekat, kupikirkan sambil berjalan. Setibanya dirumah waktu menunjukan pukul sepuluh malam, aku mengambil hanphone dan kaget melihat, ada beberapa puluhkali panggilan tak terjawab dengan nama ramdan dan beberapa pesan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun