Mohon tunggu...
Azhariyatul Huda
Azhariyatul Huda Mohon Tunggu... Lainnya - Sosiologi '20

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sumpah Pemuda Cerminan Generasi Bangsa

27 Oktober 2020   21:23 Diperbarui: 27 Oktober 2020   21:25 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah 75 tahun indonesia merdeka, dan tepat 92 tahun sumpah menggelora di ibu kota. Disecarik kertas yang ditulis oleh M. yamin pada kongres pemuda II, yang ia berikan pada Soegondo sambil berbisik dengan tegas berkata " Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie " yang artinya, Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan kongres ini. Secarik kertas itu tak lain dan tak bukan adalah SUMPAH PEMUDA.

28 Oktober 1928 tercatat menjadi hari yang bersejarah bagi kehidupan bangsa ini,  menjadi titik balik perjuangan pemuda-pemuda hebat,  pemuda-pemuda kebanggaan, kesatria dalam kemelut yang menyerang bangsa. Hari minggu saat itu, menggelora sumpah ditengah bumi pertiwi, yang menyusup hingga penjuru negri. Menandakan perjuangan belum usai, perjuangan yang nantianya akan terbayar dengan apa yang dicapai.

" Kami putra dan putri indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air indonesia. Kami putra dan putri indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa indonesia. Kami putra dan putri indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa indonesia. " begitulah sumpah yang disuarakan dengan lantang oleh pemuda, garda terdepan perjuangan bangsa.

Namun apa kabar dengan pemuda hari ini? apakah perjuangan masih berlanjut atau telah berhenti? apakah sumpah itu masih menggelora dalam hati? atau mungkin sudah tak ada lagi sumpah itu berbunyi?. Menyusuri hari demi hari, waktu yang terus berlari, hingga zaman yang kian berganti. Kita mungkin tak sadar, bahwa hampir satu abad sumpah pemuda mengiringi.

Sudah seharusnya kita melanjutkan perjuangan, bukan dengan perang. Sudah seharusnya kita sebagai generasi bangsa sadar, bahwa perjuangan belum selesai. kita mungkin lengah atas apa yang sedang dinikmati. Teknologi yang kian canggih, globalisasi, perkembangan dunia yang kadang sudah melampaui logika, atau bahkan kemudahan informasi yang dalam hitungan detik saja sampai dalam genggaman jemari. 

Saatnya kita berubah wahai generasi emas harapan bangsa. Dengan apa yang ada dan bisa kita nikmati, sebuah keharusan bagi kita untuk memfilter dengan baik. Bukan diterima, lalu di bagi tanpa tahu kebenarannya, di shere tanpa henti hingga orang termakan oleh isu-isu yang tak pasti. 

selain itu, pertanyaan yang sangat penting, Apakah kita akan terus berperang sesama anak negri ini? bukankah kemerdekaan ada untuk mensejahterakan? namun kenapa, yang terjadi berkebalikan?. Tawuran masih merajalela, narkoba masih menjadi perhatian yang menyedihkan, bahkan kasusnya terus bertambah. kriminalitas, pelanggaran HAM masih kian terjadi. Perpecahan hingga ujaran kebencian, yang banyak kasus menguak bahwa kebanyakan pelakunya adalah generasi muda, dan masih banyak lagi.

Ditambah lagi saat sekarang ini kita masih menghadapi pandemi Covid 19 yang tak kunjung reda, tak tahu kapan akan berakhirnya. Hampir satu tahun sudah ia membelenggu dunia. Hari demi hari yang terus memperlihatkan lonjakan korban jiwa. Apakah dengan kondisi ini kita masih saja diam dan buang diri?. 

Tak patut kita untuk terdiam tanpa melakukan  apa-apa, ini buakan akhir dari segalanya. Bukankah bangsa ini masih butuh bukti akan sumpah yang telah terpatri. Maka dari itu, marilah kita bersatu untuk bangsa ini. Kembali pada janji suci, demi perjuangan masa lalu, demi NKRI.

          

          

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun